Adsense Indonesia

Awas, Jangan Sampai Bayi "Bau Tangan"!

0

Awas, Jangan Sampai Bayi "Bau Tangan"! 
Mother  

Menggendong bayi menumbuhkan bonding 'ikatan batin' ibu dengan anak. Tapi, jika jadi kebiasaan, selain bayi jadi "bau tangan", perkembangan bayi juga terhambat.

Nanda tiba-tiba menangis keras. Bayi 9 bulan ini terbangun dari tidurnya. Tangisannya tak mau berhenti sampai ibunya mengendong dan menyanyikan Nina bobo. Tak lama, Nanda pun lelap lagi. Pelan-pelan sang ibu meletakkan Nanda ke tempat tidur. Beberapa saat kemudian, ngeeng... nangis lagi! Serta merta Rita menepuk-nepuk bayi mungilnya, tapi tetap saja nangis. Tak sabar, Rita mengambil dan menggendongnya lagi.

Gendongan memang merupakan cara yang cukup efektif untuk meredakan tangisan dan kerewelan anak. Menurut penelitian, getaran atau gerakan teratur dapat memberi sensasi pada bayi. Sensasi ini terdapat pada saat menggendong. Menurut psikolog anak Miranda Dzarfiel, sensasi gendongan memberikan rasa nyaman dan tenang. Ini juga lantaran efek gerakan gravitasi serta detak jantung ibu mengingatkan bayi pada saat ia masih dalam rahim ibunya. Secara psikologis, keadaan ini membantu anak untuk beristirahat dengan baik dan melupakan kegelisahannya. 
Gendongan berdampak positif bagi keduanya, orangtua dan bayi. Saat digendong, bayi berada dekat dengan tubuh Anda. Khususnya kepala -tempat otak serta area telinga- berada di bagian dada, menyebabkannya "mendengar" detak jantung ibu dan memudahkan bayi melihat orangtuanya lebih baik. Begitu juga sebaliknya, kontak skin to skin dengan bayi ini, membuat ibu atau ayah secara psikologis merasa memahami bayinya dengan baik. "Akan tumbuh bonding antara keduanya. Bagi ibu sendiri, perasaan memahami ini menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa berharga dalam merawat anak," jelas Miranda. 

Tapi, Ada Dampaknya
Meski ada manfaatnya, lanjut Miranda, menggendong bayi perlu dilakukan pada saat yang tepat. Jangan sampai bayi terlalu banyak digendong atau sebaliknya terlalu banyak dibiarkan. Terlalu sering digendong dapat menjadi kebiasaan, istilahnya "bau tangan," atau sebentar-sebentar dan tak ada sebab apapun minta gendong, kalau tidak digendong, nangis atau marah.

"Bau tangan", jelas Miranda, juga berdampak negatif. Secara psikologis, bayi jadi memiliki anggapan tempat terbaik bagi dirinya adalah gendongan. Sehingga, di luar itu, ia akan merasa gelisah dan tidak tenang. Akibatnya, perkembangan emosional bayi terhambat, misalnya bayi jadi tergantung pada ibu, cenderung penakut, atau cengeng. Pada akhirnya, kemandirian bayi pun tidak terbentuk dengan baik.

Selain itu, bayi yang selalu digendong-gendong akan mengalami kesulitan mengembangkan kemampuan motorik. Sebab, jika waktu terbanyak bayi (jika tidak tidur) berada dalam gendongan, membuatnya tak mendapatkan kesempatan yang cukup untuk bereksplorasi menjelajahi lingkungan, mencoba-coba dengan jari jemari tangan dan kakinya untuk meningkatkan kemampuan motorik kasarnya dengan baik.

Karena itu, kata Miranda, meski menggendong mampu menumbuhkan bonding, tapi tak boleh terlalu sering dilakukan. Menumbuhkan bonding dengan si kecil, bisa dilakukan dengan cara yang beragam asal dilakukan secara bersama-sama. Misalnya, bermain bersama, memandikan bayi, atau menyuapinya meskipun si bayi duduk di kursi makannya. Semua kegiatan yang dilakukan bersama ini dapat menumbuhkan ikatan antara orang tua dan bayi.

Pilih Waktu Tepat
Menggendong bayi perlu dilakukan, namun harus pada saat yang tepat. Memang sulit untuk secara tegas menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk menggendong. Setiap ibu tahu dan memahami kapan bayi membutuhkan gendongan ibunya. Sebab, setiap bayi mengalami perkembangan dan kebiasaan yang sangat relatif.

Yang paling penting untuk diperhatikan, saran Miranda, gendonglah bayi sesegera mungkin bila ia nampak sangat gelisah dan tidak ada cara lain untuk menenangkannya. Terutama bila bayi dalam keadaan sakit. Sebab, selain untuk menenangkan, gendongan merupakan terapi penyembuhan yang paling sederhana," ungkap Miranda. (mila meiliasari)

Pengganti Gendongan
Bayi sampai usia satu tahun bahkan lebih, sangat membutuhkan gendongan lebih dari yang dipikirkan orang dewasa. Namun karena dampaknya, maka orangtua perlu menyiasatinya agar bayi tetap dapat merasakan sensasi gendongan tanpa tergantung pada gendongan.
Menurut sejumlah penelitian, getaran atau gerakan yang beraturan bagi bayi memberikan sensasi yang hampir sama yang dirasakannya ketika berada dalam kandungan atau ketika digendong. Inilah salah satunya yang menjadi dasar bagi penanganan bayi kholik 'rewel', yakni meletakkannya pada benda yang bergerak teratur untuk menenangkan kegelisahan karena kholiknya.

Benda-benda yang bisa bergerak dapat menggantikan gendongan. Misalnya, mengajak bayi bermobil (termasuk mobil mainan), boks berayun, kursi goyang, kereta dorong, baby walker, dsb. 
Awalnya, mungkin bayi Anda merasa tak nyaman, tapi, jangan menyerah. Ini hanya reaksi awal. Anda bisa membantunya merasa lebih nyaman dengan mendendangkan lagu, atau memberikan gerakan yang lebih dinamis, seperti mengoyang ayunan atau kereta sedikit cepat. Tentu dengan tetap mempertimbangkan keselamatan bayi.

Psikolog anak, Miranda Dzarfiel mengakui, bahwa pengganti gendongan ini tidak sebaik mengendong bayi dalam pelukan ibu. 
Artinya Anda tidak dapat menghilangkan mengendong bayi dengan cara meletakkan bayi dalam kereta dorong atau ayunan. Bayi tetap membutuhkan sentuhan Anda yang spesial, tetapi di saat yang tepat. 

Jangan Menggendong Bayi bila:

Bayi akan disuapi atau hendak makan. Sebab, bayi akan menganggap waktu makan adalah waktu digendong dan ia tidak mau makan bila tidak digendong.

Bila bayi tidak menangis atau sedang melakukan kegiatan yang disukainya.

Bila bayi ada dalam kelompok bermainnya.

Bila bayi menolak digendong 
Sumber: Tabloid Ibu & Anak

0 comments:

Posting Komentar

Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie

Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?