"Ayah KAmu Jelek! Botak! Gendut!
MOTHER & BABY
Nakita
Tak perlu terlalu khawatir bila si prasekolah kita sering mengolok temannya. Masih bisa diatasi, kok.
"Bapak kamu botak, enggak punya rambut!" Kontan temannya membalas, "Biarin! Daripada Bapak kamu, gendut! Perutnya kayak Paman Gembul." Kedengarannya seram sekali, ya? Masak, kecil-kecil sudah saling menjelekkan ayah temannya.
Menurut Fitriani F. Syahrul, Psi., orang tua tak perlu buru-buru memvonis anak kurang ajar. Karena katanya, anak seusia prasekolah memang belum tahu perihal sopan-santun. "Apalagi kalau kita tidak pernah memberikan penjelasan pada anak mengenai norma-norma dan sopan santun atau pengertian bahwa perbuatan seperti itu tidak baik."
PENGARUH LINGKUNGAN
Disamping itu, sikap seperti ini juga karena pengaruh lingkungan. Sebab, ia masih dalam tahap suka meniru. Kalau lingkungannya memang biasa serba ceplas-ceplos,terbuka, dan menganggap hal tersebut biasa dan wajar-wajar saja, tentu anak pun akan mengadopsi hal tersebut. "Kalau kita lihat intinya, anak bertindak seperti itu karena sedang dalam proses ingin membanggakan apa yang dimiliki orang tuanya masing-masing. Baik fisik, materi, ataupun pekerjaan."
Bisa juga, lanjut psikolog dari Yayasan Pendidikan Insan Kamil ini, karena anak masih dalam pembentukan diri atau keakuannya. Ia ingin menunjukkan, apa yang dimilikinya adalah yang terbaik. "Tapi tetap saja, pengaruh lingkungan yang paling besar pengaruhnya." Ejekan atau saling mengolok orang tua seperti itu pun, lanjut Fitriani, masih sebatas hal-hal yang dimengerti anak. Misalnya, botak, gendut, hitam, keriting, pekerjaan (dilihat dari penampilan), dan materi (rumah dan kendaraan). "Anak seusia ini, kan, sudah tahu kalau orang yang pergi kerja pakai mobil adalah hebat. Atau atau orang yang botak itu penampilannya jelek, misalnya."
MELAMPIASKAN EMOSI
Yang patut dipahami, lanjutnya, selainsedang membangun rasa akunya dan ingin membanggakan orang tuanya, anak bersikap seperti itu untuk melampiaskan agresivitasnya. Mungkin ia merasa sebal pada sang teman. "Tapi secara umum, lebih disebabkan pembentukan lingkungan."
Meski kemungkinan saling ejek dilakukan karena si kecil sedang konflik dengan temannya, bisa pula tujuannya hanya bercanda. "Karena lingkungan menganggap hal itu wajar, tak apa-apa." Ia lalu memberi contoh kebiasaan di keluarga atau lingkungan menengah ke bawah yang kerap membentak anaknya dengan kalimat, "Dasar, kamu sudah bodoh, item lagi!" Alhasil, dalam benak anak timbul pikiran, "Oh, mengejek orang hitam, bisa dijadikan alat untuk melampiaskan emosi, marah, dan agresivitas." Ia belum tahu, menjelek-jelekkan orang, apalagi orang tua, bukan perbuatan terpuji.
MENGHALALKAN SEGALA CARA
Anak umumnya mulai mengadopsi segala sesuatu dari lingkungan kala menginjak usia prasekolah, saat ia sudah mulai bersosialisasi. "Begitu kuatnya pengaruh lingkungan, ia pun akan mulai mempraktekkan apa yang diadopsinya dari lingkungan tersebut."
Namun bukan berarti apa yang disajikan setiap hari oleh lingkungannya itu tidak akan diserap oleh anak di bawah 3 tahun, lo. Apa yang anak lihat dan ketahui, pasti akan diserapnya juga. Hanya saja manifestasinya nanti, saat dia telah berusia di atas 3 tahun. "Di usia itu, ia sudah bergaul dan bisa bicara. Kemampuan kognitifnya sudah semakin canggih."
Walau demikian, tak semua anak usia prasekolah akan melakukan hal ini. "Apalagi hal ini belum wajar dilakukan anak usia prasekolah. Di masa ini, biasanya hanya mengolok antar teman." Yang jelas, jika itu terjadi pada si kecil, jangan dibiarkan terus berlanjut. Sebab kalau terlanjur beranggapan bahwa dengan menjelekkan orang lain ia bisa membangun kebanggaan dirinya, bisafatal akibatnya. "Ia akan tumbuh jadi anak yang suka meremehkan orang lain, menganggap dirinya paling sempurna, dan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya." Belum lagi bakal dijauhi lingkungan karena sifat jeleknya itu.
BERI HADIAH
Karena itulah, saran Fitriani, orang tua jangan pernah memberi contoh yang tak baik kendati anak masih berusia batita, bahkan masih bayi. "Jangan mengata-ngatai anak dengan mengangkat kekurangannya. Entah itu kulit yang hitam, hidung pesek, dan sebagainya." Sebab, lama-lama anak akan menganggap ejekan semacam itu biasa dan boleh dilakukan.Psikolog ini juga mengingatkan, televisi bisa memberi pengaruh buruk pada anak.
"Karena itu para psikolog selalu menganjurkan agar orang tua menemani anaknya saat menonton teve. Termasuk bersikap selektif memilihkan acara yang pas ditonton anak-anak." Jangan lupa pula memperingatkan anak saat dia melakukan
Sumber: nakita online
0 comments:
Posting Komentar
Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie
Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?