5 Cara Mempengaruhi Perilaku Upik dan Buyung
Tabloid Ibu & Anak - Anak-anak yang mampu bersikap manis dan baik menunjukkan kecerdasan emosinya juga berkembang baik. Untuk mengasah kecerdasan emosi ini Anda perlu melatihnya dengan contoh konkret dan sederhana.
Perilaku anak berkembang dipengaruhi dua hal: sesuai dengan pertumbuhannya dan pola asuh orangtua. Dan yang paling banyak mempengaruhi adalah pola asuh.
Orangtua di mata anak adalah orang nomor satu. Tak peduli berapa banyak orang dewasa yang dikenal anak, yang terpenting hanyalah orangtuanya. Apa yang Anda kerjakan, dilakukan pula oleh si kecil. Termasuk saat anak 'mempelajari' contoh yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosinya. Orangtua yang pemarah, mudah menghukum tanpa kompromi, maka bisa menurunkan anak yang pemarah, impulsif, atau bahkan penakut serta punya kecemasan berlebihan.
Menurut DR. Smith, penulis buku anak, AS, orangtua punya kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perilaku anak. Karena itu Anda harus hati-hati dalam mengasuh dan mendidik anak, terutama dalam hidup keseharian. Jika ingin anak mampu bersikap manis, baik, dan menunjukkan kecerdasan emosinya, DR. Smith menyarankan lima kiat yang harus dilakukan yang dapat mempengaruhi balita Anda:
Menjaga Emosi dalam Menyelesaikan Masalah
Saat menghadapi masalah, kita cenderung emosional dan tergesa-gesa menyikapinya. Sikap tersebut dapat membuat kita lupa diri, akibatnya bisa keluar kata-kata atau sikap yang tidak pantas di depan anak, seperti mengumpat, menggebrak meja, dsb. Jika anak melihat dan mendengarnya, ia akan merekam perkataan Anda sebagai hal yang boleh dan sah dilakukannya pula.
Berdebat dengan pasangan, teman, atau siapa pun mungkin saja Anda lakukan di depan anak-anak. Selesaikan dengan rasional dan tenang. Dengan demikian anak Anda dapat belajar sikap orang dewasa berkompromi, bernegosiasi, dan memperhatikan kebutuhan atau kepentingan orang lain.
Bersikap Positif di Mana Pun
Di mana pun kita berada, baik di rumah maupun di tempat umum, kita sering melihat contoh perilaku buruk. Orang bertengkar, saling memaki, menyerobot antrean, dsb. Lewat banyak gambaran sehari-hari itu Anda dapat mengajar anak bagaimana seharusnya berinteraksi dengan sesama manusia.
Betapapun banyaknya gambaran negatif seperti di atas, perilaku Anda-lah yang dilihat si kecil. Sikap bersahabat, ramah, sopan, sabar menunggu giliran, dan empati (peduli dengan orang lain) yang Anda perlihatkan, anak pun belajar bahwa demikianlah cara yang benar dalam bersikap di mana pun.
Jika Anda Emosional
Sabar atau tenang dalam mengatasi masalah adalah salah satu hal penting yang dapat dipelajari oleh anak. Jika orangtua mudah meledak kemarahannya, selain dapat mengagetkan si anak, juga memunculkan kecemasannya. "Apakah ayah akan marah seperti ini padaku?"
Bagi yang berkarakter demikian, setelah ledakan emosi berlalu, sebaiknya Anda cepat-cepat minta maaf dan mengatakan, "Ibu/Ayah tak bermaksud seperti itu. Seharusnya Ibu tidak marah seperti itu." Anda juga dapat mengatakan bahwa alasan Anda marah bukan karena kesalahan anak. Sebagai hasilnya, anak belajar untuk meminta maaf dan ia juga akan menyadari orangtuanya berusaha mengendalikan emosi.
Hargai Kebutuhan Si Kecil
Banyak anak yang merasa kehilangan perhatian ketika Anda berada dalam sebuah pertemuan dan banyak orang yang harus Anda ditemui. Padahal mungkin saat itu anak ingin menunjukkan hasil karyanya, lagu baru yang berhasil dinyanyikannya, dsb. Di saat seperti itu, tak berarti Anda harus berhenti sementara dalam melatih sikap baik pada si kecil. Anak-anak bisa belajar lebih bersahabat jika Anda memintanya untuk menunggu sampai Anda siap memberikannya perhatian. Ucapkanlah kata-kata yang menyejukkan. "Mama mau lihat gambarmu, tapi nanti ya kalau Mama sudah selesai dengan tamu-tamu Mama."
Anak dapat sabar menunggu jika Anda menepati janji untuk memperhatikannya setelah urusan selesai. Ini juga dapat membuatnya memahami bahwa menghargai adalah suatu hal penting yang dapat diterapkan dalam pergaulan.
Ajarkanlah Menjadi 'Anak Manis'
Apa saja media di sekitar Anda bisa menjadi alat untuk mempengaruhi anak bersikap baik. Dalam bercerita misalnya, jelaskan bagaimana tokoh-tokoh protagonis dalam buku cerita atau film bersikap baik dan mau menolong sesama. Atau, jika melihat teman sebaya yang dikenal maupun tidak, jatuh atau terkena masalah, tanyakan padanya apa yang sebaiknya dilakukan. Membantunya? Bagaimana caranya? Dan apa manfaat bersikap demikian. Doronglah anak untuk menahan pintu terbuka untuk temannya, atau orang yang lebih tua. Atau bersikap ramah pada tamu yang datang ke rumah.
Perilaku yang baik makin diperkuat dengan motivasi dari Anda. Motivasi bisa berupa pujian. Sebuah pujian dapat menjadi sebuah alunan musik merdu di telinga anak. Contoh, "Wah, anak Papa pintar sekali membantu Papa dan Mama bersih-bersih rumah." b Mira Nurhayati/Chld
Sumber: Tabloid Ibu & Anak
Tabloid Ibu & Anak - Anak-anak yang mampu bersikap manis dan baik menunjukkan kecerdasan emosinya juga berkembang baik. Untuk mengasah kecerdasan emosi ini Anda perlu melatihnya dengan contoh konkret dan sederhana.
Perilaku anak berkembang dipengaruhi dua hal: sesuai dengan pertumbuhannya dan pola asuh orangtua. Dan yang paling banyak mempengaruhi adalah pola asuh.
Orangtua di mata anak adalah orang nomor satu. Tak peduli berapa banyak orang dewasa yang dikenal anak, yang terpenting hanyalah orangtuanya. Apa yang Anda kerjakan, dilakukan pula oleh si kecil. Termasuk saat anak 'mempelajari' contoh yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosinya. Orangtua yang pemarah, mudah menghukum tanpa kompromi, maka bisa menurunkan anak yang pemarah, impulsif, atau bahkan penakut serta punya kecemasan berlebihan.
Menurut DR. Smith, penulis buku anak, AS, orangtua punya kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perilaku anak. Karena itu Anda harus hati-hati dalam mengasuh dan mendidik anak, terutama dalam hidup keseharian. Jika ingin anak mampu bersikap manis, baik, dan menunjukkan kecerdasan emosinya, DR. Smith menyarankan lima kiat yang harus dilakukan yang dapat mempengaruhi balita Anda:
Menjaga Emosi dalam Menyelesaikan Masalah
Saat menghadapi masalah, kita cenderung emosional dan tergesa-gesa menyikapinya. Sikap tersebut dapat membuat kita lupa diri, akibatnya bisa keluar kata-kata atau sikap yang tidak pantas di depan anak, seperti mengumpat, menggebrak meja, dsb. Jika anak melihat dan mendengarnya, ia akan merekam perkataan Anda sebagai hal yang boleh dan sah dilakukannya pula.
Berdebat dengan pasangan, teman, atau siapa pun mungkin saja Anda lakukan di depan anak-anak. Selesaikan dengan rasional dan tenang. Dengan demikian anak Anda dapat belajar sikap orang dewasa berkompromi, bernegosiasi, dan memperhatikan kebutuhan atau kepentingan orang lain.
Bersikap Positif di Mana Pun
Di mana pun kita berada, baik di rumah maupun di tempat umum, kita sering melihat contoh perilaku buruk. Orang bertengkar, saling memaki, menyerobot antrean, dsb. Lewat banyak gambaran sehari-hari itu Anda dapat mengajar anak bagaimana seharusnya berinteraksi dengan sesama manusia.
Betapapun banyaknya gambaran negatif seperti di atas, perilaku Anda-lah yang dilihat si kecil. Sikap bersahabat, ramah, sopan, sabar menunggu giliran, dan empati (peduli dengan orang lain) yang Anda perlihatkan, anak pun belajar bahwa demikianlah cara yang benar dalam bersikap di mana pun.
Jika Anda Emosional
Sabar atau tenang dalam mengatasi masalah adalah salah satu hal penting yang dapat dipelajari oleh anak. Jika orangtua mudah meledak kemarahannya, selain dapat mengagetkan si anak, juga memunculkan kecemasannya. "Apakah ayah akan marah seperti ini padaku?"
Bagi yang berkarakter demikian, setelah ledakan emosi berlalu, sebaiknya Anda cepat-cepat minta maaf dan mengatakan, "Ibu/Ayah tak bermaksud seperti itu. Seharusnya Ibu tidak marah seperti itu." Anda juga dapat mengatakan bahwa alasan Anda marah bukan karena kesalahan anak. Sebagai hasilnya, anak belajar untuk meminta maaf dan ia juga akan menyadari orangtuanya berusaha mengendalikan emosi.
Hargai Kebutuhan Si Kecil
Banyak anak yang merasa kehilangan perhatian ketika Anda berada dalam sebuah pertemuan dan banyak orang yang harus Anda ditemui. Padahal mungkin saat itu anak ingin menunjukkan hasil karyanya, lagu baru yang berhasil dinyanyikannya, dsb. Di saat seperti itu, tak berarti Anda harus berhenti sementara dalam melatih sikap baik pada si kecil. Anak-anak bisa belajar lebih bersahabat jika Anda memintanya untuk menunggu sampai Anda siap memberikannya perhatian. Ucapkanlah kata-kata yang menyejukkan. "Mama mau lihat gambarmu, tapi nanti ya kalau Mama sudah selesai dengan tamu-tamu Mama."
Anak dapat sabar menunggu jika Anda menepati janji untuk memperhatikannya setelah urusan selesai. Ini juga dapat membuatnya memahami bahwa menghargai adalah suatu hal penting yang dapat diterapkan dalam pergaulan.
Ajarkanlah Menjadi 'Anak Manis'
Apa saja media di sekitar Anda bisa menjadi alat untuk mempengaruhi anak bersikap baik. Dalam bercerita misalnya, jelaskan bagaimana tokoh-tokoh protagonis dalam buku cerita atau film bersikap baik dan mau menolong sesama. Atau, jika melihat teman sebaya yang dikenal maupun tidak, jatuh atau terkena masalah, tanyakan padanya apa yang sebaiknya dilakukan. Membantunya? Bagaimana caranya? Dan apa manfaat bersikap demikian. Doronglah anak untuk menahan pintu terbuka untuk temannya, atau orang yang lebih tua. Atau bersikap ramah pada tamu yang datang ke rumah.
Perilaku yang baik makin diperkuat dengan motivasi dari Anda. Motivasi bisa berupa pujian. Sebuah pujian dapat menjadi sebuah alunan musik merdu di telinga anak. Contoh, "Wah, anak Papa pintar sekali membantu Papa dan Mama bersih-bersih rumah." b Mira Nurhayati/Chld
Sumber: Tabloid Ibu & Anak
0 comments:
Posting Komentar
Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie
Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?