Adsense Indonesia

Aku Nggak Mau Makan

0

"Aku Nggak Mau Makan!" (Kenyang, Sakit, atau Ego?)
MOTHER & BABY

Tabloid Ibu & Anak - Susah makan dapat terjadi di setiap tahapan usia, mulai bayi hingga balita. Secara garis besar kesulitan makan terjadi akibat tiga faktor: faktor nutrisi, penyakit, dan psikologis.

Menolak makan, tak selalu berarti anak kenyang. Kecuali kalau kita memang tipikal orangtua yang biasa 'merayu' anak bila dia rewel dengan memberinya jajanan padat kalori seperti permen, cokelat, es krim, dll. - sehingga perut anak selalu penuh saat tiba gilirannya makan dengan benar. Sebaiknya orangtua tidak menganggap masalah sulit makan anak hal yang biasa saja. Ini lantaran, sulit makan pada anak bisa jadi merupakan gambaran klinis dari berbagai kemungkinan penyebabnya. Segera identifikasi hal ini lewat pemeriksaan medis untuk mencari solusinya.

Faktor Nutrisi

Pada anak usia 0-1 tahun (bayi) kesulitan makan umumnya terjadi akibat faktor teknis, berkaitan dengan keterampilan makan. Bayi biasa mendapatkan makanannya lewat kegiatan mengisap, baik dari payudara ibu atau dot susu. Pasa awal pemberian makanan padat, dia akan mengalami kesulitan membedakan makanan dari sendok dengan puting/dot. Saat makan dari puting/dot bayi menjulurkan lidahnya untuk menjilat, kemudian mengisap.

Tapi bila makan dari sendok, dia harus memindahkan makanan dari bagian depan mulut ke balik lidahnya. Karena itulah, pada awal pemberian makan dengan sendok, bayi masih sering menjulurkan lidahnya ketika sendok menyentuh lidah. Saat ini orangtua sering menganggap bayi melepeh makanan. Padahal tidak benar, bayi sesungguhnya hanya butuh waktu melatih kemampuan makan dari sendok.

Masalah pada balita terjadi karena perkembangan dalam mengkonsumsi makanan. Pada usia balita pilihan jenis makanan menjadi sangat banyak, sehingga seleranya pun berkembang. Seringkali selera makan ini terbentuk akibat pembiasaan makan oleh orangtua. Misal, jika anak sering diberi makanan cenderung manis, seleranya terhadap makanan manis akan lebih besar ketimbang rasa lainnya. Tak heran bila anak akan lebih menyukai buah atau jajanan manis, misalnya, ketimbang sayuran hijau.

Pemberian garam dan penyedap rasa juga mempengaruhi pilihan anak terhadap makanan, yaitu kelak dia akan menolak makan makanan yang kurang gurih ayau kurang 'kuat' rasanya. Pola makan yang cenderung pada satu jenis rasa ini - yang pada akhirnya membuat anak menjadi picky eater atau 'tukang pilih-pilih makanan' - sebaiknya dihindari agar anak fleksibel pada berbagai rasa makanan, guna melengkapi seluruh kebutuhan nutrisinya.

Faktor Penyakit/Kelainan Organik

Baik pada bayi maupun balita, susah makan dapat terjadi akibat adanya gangguan kesehatan atau kelainan organik. Kita tahu, proses makan melibatkan berbagai macam organ, mulai rongga mulut, gigi geligi, kerongkongan, dan berbagai organ lainnya yang berkaitan dengan penerimaan makanan hingga proses metabolisme seperti lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Secara praktis, penyebab sulit makan dikelompokkan menjadi kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut, kelainan pada saluran cerna, penyakit infeksi, serta penyakit non-infeksi.

Kelainan gigi, misalnya. Jika gigi anak sakit atau berlubang, proses mengunyah akan terganggu sehingga anak tidak mau makan. Begitu pula jika anak tengah tumbuh gigi. Sedang gangguan pada rongga mulut yang umum terjadi adalah sariawan, infeksi jamur di lidah, dan susah menelan (bisa terjadi akibat infeksi jamur di kerongkongan). Gangguan pencernaan pada saluran cerna seperti usus dan lambung, seperti mual, kembung, sebah, juga dapat membuat anak menolak makan.

Selain itu, anak yang sedang kurang sehat, misal, menderita batuk, influenza, sesak napas, diare, dll., praktis tidak berselera makan. Begitu pula jika anak sedang terlalu lelah. Pada keadaan ini lebih baik memberinya segelas susu dulu dan biarkan dia beristirahat atau tidur, sebelum makan.

Faktor Psikologis

Susah makan akibat faktor psikologis dapat terjadi pada bayi hingga balita. Pada bayi yang masih menyusu, misalnya. Akibat faktor psikologis dia bisa sekonyong-konyong susah makan - menolak ASI - yang ternyata terjadi lantaran adanya 'penolakan dari ibu'. Suasana hati ibu yang tidak enak, selain mempengaruhi pengaliran ASI juga dapat mempengaruhi keinginan bayi menyusu. Karena itu, ibu yang masih menyusui dianjurkan selalu menjaga mood-nya demi kelancaran aktivitas ini. Jadikan waktu menyusui momen khusus, dalam suasana tenang dan penuh kasih sayang sehingga suasana makan menyenangkan bayi.

Memasuki usia 1 tahun, anak sudah bisa menunjukkan keinginan-keinginan dalam hal makanan. Ada kalanya dia hanya menyukai satu atau beberapa jenis makanan, dan menolak yang lain. Di sinilah pentingnya memperkenalkan makanan yang bervariasi pada anak sejak usia dini.
Pada tahun berikutnya, usia 2 tahun, kebutuhan anak bereksplorasi makin besar, sehingga makan bukan lagi perhatian utamanya. Ia lebih senang berlari ke sana kemari ketimbang duduk untuk makan. Meski lapar, anak tetap menolak makan karena menganggap makan menghambat aktivitasnya mengamati dunia.

Memasuki usia 3-4 tahun, akan ada pula masa negativistik, yaitu masa di mana anak menolak makan hanya untuk menunjukkan ego atau ke-'aku'-annya. Pada masa ini setiap makanan yang ditawarkan cenderung ditolak, karena anak tengah berupaya menunjukkan eksistensi di tengah keluarga.

Beberapa anak mendadak sulit makan lantaran tengah mengalami masalah psikologis seperti adanya perubahan dalam keluarga: pindah rumah, pengasuh baru, atau hadirnya adik baru. Banyak juga anak yang sulit makan karena lingkungan mengajarkannya demikian, misal, akibat perilaku anggota keluarga yang enggan makan karena sibuk diet, tentu mempengaruhi anak.

Anak juga bisa mengalami kebosanan terhadap suatu jenis makanan atau aktivitas makan yang itu-itu saja dari hari ke hari. Karena itu perlu juga diciptakan variasi, bukan hanya jenis makanan tapi juga bagaimana makanan diberikan.

Keep Smiling, Ayah-Ibu!

Tetap sabar dan tenang, adalah kunci menghadapi masa-masa sulit anak susah makan. Di dalam hati kita boleh berteriak jengkel, tetapi di luar... keep smiling! "Pada saat anak menjadi rewel menolak makan, tundalah dulu pemberian makan dan coba menenangkannya dengan memberi lebih banyak perhatian. Setelah itu, cobalah lagi memberinya makan," demikian Dr. Retno Widyaningsih, Sp.S. seperti tertuang dalam makalahnya 'Anak Sulit Makan'.

Retno juga menegaskan orangtua untuk berintrospeksi diri. Apakah selama ini anak cukup dipenuhi kebutuhannya, bukan saja dari segi materi, namun juga psikologisnya? Kadang, pelukan, ciuman dan dekapan pada anak sangat diperlukan. Juga dianjurkan untuk melakukan kegiatan bersama anak, seperti bermain atau berjalan-jalan.

Dengan demikian anak tidak mencari perhatian orangtuanya lewat tingkah laku menjengkelkan 'mogok makan'. "Bagaimanapun juga masalah sulit makan cukup kompleks. Masalah ini tidak hanya berdiri sendiri melainkan dapat merupakan gabungan dari faktor nutrisi, kesehatan, dan psikologis," tulis Retno.

Masih menurut dokter spesialis anak yang praktik di Klinik Anakku, Jakarta ini, untuk mengatasi masalah sulit makan orangtua harus dapat mengidentifikasi terlebih dulu masalah anak. Setelah itu barulah diambil upaya perbaikan yang tepat. "Orangtua berperan sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Kuncinya adalah pengamatan dan perhatian penuh terhadap aktivitas anak sehari-hari serta kesabaran," demikian Retno. b Bod
 
Sumber: Tabloid Ibu & Anak

0 comments:

Posting Komentar

Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie

Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?