Anak Sakit, Perlukah 'Dikarantina'?
MOTHER & BABY
MOTHER & BABY
Tabloid Ibu & Anak - Anak-anak sangat mudah sakit, flu, pilek, batuk, sakit mata, dsb. Dan adakalanya anak tetap ngotot minta main atau pergi ke sekolah. Bagaimana sesungguhnya?
Ingus Didith keluar terus. Tak henti-henti susternya menghapus lendir di hidungnya. Meski demikian, Didith siap-siap ke sekolah.
"Didith nggak usah masuk, deh. Istirahat saja di rumah," ujar Mitha melihat kondisi jagoan kecilnya.
"Nggak. Didith nggak apa-apa. Didith mau sekolah."
"Pilek itu menular lho, Dith. Nanti teman-teman Didith ikutan sakit, kasihan kan?"
"Nanti Didith main sendiri deh...."
Mitha geleng-geleng kepala. Mana mungkin Didith yang aktif bahkan cenderung agresif ini main sendirian? Tapi, itu tak hanya terjadi pada Didith. Anak-anak sebaya Didit memang cenderung maunya main. Tak peduli ada yang sakit dalam tubuhnya. Kiki, gadis kecil berusia 5 tahunan, sebaya Didith, menurut cerita gurunya di TK Kuncup Berkembang, pernah sakit mata. Ia ngotot masuk sekolah. Bertepatan saat itu ada lomba di sekolahnya, dan Kiki termasuk salah satu peserta lomba senam. Ia tak mau meninggalkan lomba. Mamanya sampai menahan malu karenanya.
Anak-anak memang mudah sakit, terutama sakit 'umum' seperti batuk, pilek, dan (kadang) sakit mata. Meski termasuk penyakit biasa, jenis-jenis sakit ini memang termasuk mudah menular, sehingga muncul istilah sebaiknya 'dikarantina' alias tidak masuk sekolah atau terlalu banyak bermain.
Sebenarnya, menurut spesialis anak, Dr. Utami Roesli, D.Sp.A., M.B.A., anak yang sakit sangat membutuhkan istirahat. "Jangankan anak kecil, orang dewasa pun jika sakit membutuhkan istirahat. Kenapa demikian? Karena tenaganya dipakai untuk masa penyembuhan," ujar dokter yang modis ini.
Artinya, tak perlu ada pemisahan khusus atau mengkarantina anak sakit. Hanya saja, akan lebih baik jika anak diberikan waktu untuk istirahat di rumah, dibatasi kegiatan mainnya - cukup di rumah - karena bisa saja penyakitnya itu menular pada anak lain. "Orangtua juga jangan membolehkan saja walaupun anak bersikeras minta sekolah misalnya. Orangtua harus berusaha menjelaskan tanpa membohongi," tegasnya.
Memang, kadang, mungkin sayang jika anak tak masuk sekolah dan melihat pilek si kecil hanya plek biasa, orangtua membolehkan saja buah hatinya masuk sekolah atau bermain-main di luar rumah. Tak disadari, kegiatan tersebut menyita energi yang seharusnya digunakan dalam proses penyembuhan. Dan saat energi berkurang, pertahanan anak pun lemah dan bibit penyakit lain mudah menyerang.
Utami lebih menyarankan orangtua menjelaskan pada anak secara sederhana. "Jelaskan mengapa sebaiknya ia tak sekolah. Jangan membohongi atau menakut-nakuti. Banyak terjadi, contohnya jika tetap main atau masuk sekolah, nanti disuntik dokter. Ini tidak mendidik, malah kalau tak terjadi anak akan mengulanginya di lain hari," papar dokter yang konsen menggalakkan ASI Eksklusif ini. "Jelaskan saja dengan memberi contoh, misalnya sakitnya bisa bertambah parah atau menulari temannya."
Mendampingi Anak yang Sakit
Apa pun jenis penyakit yang diderita anak, saat itu ia butuh perawatan khusus dari keluarga. Dan disarankan anak dirawat di rumah sendiri, bukan di rumah sakit. Perhatian orangtua serta anggota keluarga berperan dalam proses penyembuhan anak. Untuk itu, orangtua terutama harus memahami penyakit anaknya, jika berat harus bagaimana, jika ringan tapi menular itu bagaimana. Di sinilah, orangtua perlu mengkonsultasikan pada dokter segalanya mengenai sakit si anak.
Terutama, jika si kecil mengidap penyakit berat seperti asma, diabetes, jantung, dsb., perlu perhatian ekstra orangtua dan guru. Bahkan untuk anak yang lebih besar (usia sekolah dasar), sekolah kadang menilai si anak kurang baik. Hal itu lantaran anak dengan penyakit kronis kerap tak masuk sekolah karena penyakitnya maupun tekanan yang dialaminya. Meskipun, banyak juga anak-anak menderita penyakit tertentu namun tetap bisa berprestasi.
Di Amerika, rumah-rumah sakit anak sudah memiliki pusat kesehatan untuk penderita penyakit kronis. Beberapa guru memberi pengajaran di pusat kesehatan. Dan orangtua mendukung belajar anaknya dengan mengikuti dan mengawasi perkembangan prestasi belajarnya. Pengeluaran ekstra untuk guru petugas lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan kalau si murid harus mengulang selama setahun. Program ini juga membiayai kelompok pembimbing anak-anak, konsultan keluarga bagi yang membutuhkan, dan program antar-penderita yang lebih tua dan lebih muda. Anak yang lebih tua dapat memperlihatkan pada yang lebih muda bahwa meski penderita penyakit berat dia dapat melakukan kegiatan.
Apa Saja Yang Harus Dibatasi?
Memang, anak-anak sangat sulit jika diminta istirahat atau dibatasi acara mainnya. Menurut psikolog Michiko Mamesah, energi dan rasa ingin tahu yang besarlah yang membuatnya tak betah di dalam rumah belaka. Namun, jika Anda pandai menyiasatinya, sebenarnya anak bisa tenang istirahat dalam rumah. Di antaranya: Menyediakan mainan ringan yang bisa dimainkan di atas tempat tidur atau di rumah saja; Menyediakan buku cerita yang menarik, namun batasi waktu membacanya; Main bersama adik atau kakak atau dengan Anda orangtuanya di dalam rumah.
Kadang, saat anak sakit dan harus tinggal di rumah, orangtua membiarkan anak menonton televisi secara berlebihan. Sebab, menatap terus-menerus ke layar televisi bisa membuat anak yang sakit otaknya terus bekerja dan berpikir. Sehingga, tanpa disadari kepala anak bertambah berat.
Jika sakit anak memang terlihat ringan, dan si kecil sulit ditahan di dalam rumah, salah satu jalan kompromi adalah membatasi main anak di luar rumah. "Oke, kamu boleh main tapi setengah jam saja. Setelah itu, Mama jemput kamu dan kamu harus istirahat."
Namun, cara tersebut tetaplah tidak bijak. Sebab proses penularan bisa terjadi meski hanya berdekatan selama beberapa menit. Untuk ini, Anda memang perlu mendiskusikan hal ini dengan anak bagaimana aturannya jika ia sakit. Misalnya, "Sekarang tidak boleh main, setelah sembuh kamu boleh main sepuasnya seperti biasa, dan Mama-Papa akan mengajakmu nonton film." Dengan iming-iming hadiah, biasanya manjur, hanya saja Anda harus betul-betul menepatinya. b Rika Puspita/DY
Sumber: Tabloid Ibu & Anak
0 comments:
Posting Komentar
Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie
Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?