Adsense Indonesia

Asma Bayi Sering Tak Terdeteksi

0

Asma Bayi Sering Tak Terdeteksi
MOTHER & BABY

Tingkat kematian bayi dan anak akibat asma lebih tinggi dibanding pada orang dewasa. Sebagian besar penyebabnya karena diagnosis dan penanganan yang kurang tepat.

Asma bukan hanya diidap orang dewasa. Malah, kini angka kematian bayi dan anak-anak akibat asma lebih tinggi dibanding pada orang dewasa. Sayangnya, sekitar 50% anak penderita asma tidak terdiagnosis atau tidak ditangani secara efektif. Sebabnya, orangtua seringkali tak menyadari kalau anaknya dalam risiko. Bisa juga, karena mengasumsikan bahwa gejala ringan atau yang sesekali saja tidak perlu ditangani dengan serius. Padahal studi-studi menunjukkan, deteksi dan penanganan awal adalah cara terbaik mengontrol gejala asma dan mencegah kerusakan paru-paru di masa datang.

Orangtua kadang tak menyadari anak mereka secara genetik berisiko mengidap asma. Padahal jika salah satu pasangan mengidap alergi atau asma, si kecil akan lebih mungkin mengidap asma. Sekitar 80% anak pengidap asma juga mengalami alergi.

Banyak faktor terlibat dalam terjadinya kematian akibat asma. Namun sekitar 77-90% kasus sebenarnya bisa dicegah. Dalam buku Mengenal, Mencegah dan Mengatasi Asma pada Anak Plus Panduan Senam Asma, Dr. Angela C.M. Nusatya Abidin, MARS., dan Elizabeth Ekarini, SMIP. menjelaskan, faktor-faktor utama penyebab kematian karena asma adalah ketidaktepatan diagnosis, tidak tepatnya penilaian parahnya asma oleh penderita maupun dokter yang merawat, serta pengobatan yang kurang memadai.

Sensitivitas Berlebihan
Asma sudah dikenal berabad-abad lamanya, namun hingga kini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling besar. Penyakit akibat sensitivitas berlebihan saluran pernapasan ini, terjadi jika saluran napas untuk masuk dan keluarnya udara dari paru-paru secara berulang menyempit. Akibatnya terjadi batuk, mengi (napas berbunyi), dan napas pendek.

"Penyempitan ini bisa sementara dan pulih kembali. Namun dalam serangan yang parah, asma bisa berakibat fatal," papar Bambang Supriyatno, Sp.A. dari Sub-Bagian Pulmonologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM. Asma bisa terjadi pada pria maupun wanita dari segala usia, etnis, maupun tingkat sosial ekonomi. Pada anak, umumnya asma terjadi jika dalam keluarga tersebut memiliki riwayat alergi.

Normalnya, apabila kita menghirup udara, udara akan mengalir ke paru-paru melalui rangkaian saluran udara. Udara akan melewati bronki (cabang-cabang bronkus dalam paru-paru), lalu bercabang-cabang lagi menjadi kecil dan lebih kecil lagi yang disebut bronkiol dan berakhir pada kantung-kantung udara kecil berbentuk seperti buah anggur (alveoli), yang dikelilingi pembuluh-pembuluh darah yang menyerap oksigen yang kita hirup dan melepaskan karbondioksida.

Pada penderita asma, serangan asma terjadi akibat adanya partikel halus atau zat-zat iritan yang masuk ke saluran napas dan menempel di dinding saluran napas. Karena tubuh mendeteksi iritan itu sebagai benda asing, sistem kekebalan mengirimkan sel khusus - disebut sel mast - ke lokasi iritasi. Sel mast ini melepaskan histamin, senyawa kimia yang menyebabkan pembengkakan di lapisan lendir dinding dalam bronki dan bronkiol.

Histamin juga menyebabkan bronkospasm, pengerutan berulang-ulang otot luar saluran napas, membuat bronki dan bronkiol lebih menyempit lagi. Di samping itu, sel-sel yang melumasi saluran napas dengan lendir pun bereaksi berlebihan terhadap pembengkakan dengan mengeluarkan banyak lendir. Akibatnya saluran napas tersumbat, mengakibatkan mengi dan batuk-batuk.

"Ketiga proses itu mengganggu keluar-masuknya udara, sehingga bernapas jadi sulit," ungkap Bambang yang juga praktek di Klinik Anakku Cinere, Jakarta Selatan. "Udara seperti terperangkap dalam paru-paru sehingga penderita megap-megap untuk memperoleh udara segar. Pada serangan yang berat, tubuh penderita menjadi biru, karena sel-sel tubuh kekurangan oksigen. Jika tak ditolong, penderita bisa meninggal."

Antara Asma dan Mengi
Sebagian besar bayi di bawah 1 tahun pernah mengalami mengi (napas berbungi ngik, ngik), yang sebenarnya bukan asma. Walau mengi belum bisa dipastikan akan jadi asma di kemudian hari, namun penelitian terbaru menemukan, bayi penderita mengi sebenarnya berasal dari orangtua yang juga menderita asma. Karena itu, dalam perkembangannya, mengi pada bayi juga bisa dikatakan asma.

Mengi sebenarnya bukan asma murni. Sebab obat-obatan anti-asma sekalipun tidak bisa menghilangkan mengi dengan segera. Bunyi mengi bisa terjadi berulang-ulang selama beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Bahkan ada juga bayi yang mengalami mengi secara terus-menerus. Namun mengi pun bisa menghilang dengan sendirinya.

Nah, apabila bayi Anda menderita mengi, jangan panik. Kenali tanda-tanda apakah mengi itu akan menjadi asma di kemudian hari, dengan meneliti riwayat asma atau alergi lainnya (misalnya pilek terus-menerus, eksim pada keluarga). Ceklah apakah setelah diberi obat anti-asma, menginya menghilang dengan cepat. Cek juga apakah ada eksim yang letaknya di pipi, sendi, siku, dan sendi lutut bagian belakang. Jika jawabnya 'ya', kemungkinan besar si kecil mengidap asma.

Saat si kecil mengi, orangtua bisa memberi pertolongan pertama dengan memberikan minum yang banyak, makan, dan oksigen bila perlu. Sebab walaupun bayi menderita mengi, ia masih bisa tampak sehat, tidak merasakan napasnya sesak, dan gemuk seperti bayi-bayi sehat lainnya.

Mendiagnosis Asma
Banyak kasus kematian bayi dan anak asma karena tidak terdiagnosisnya penyakit dan pengobatan yang tidak tepat. Seperti juga penyakit lainnya, untuk mendiagnosis asma perlu wawancara yang tepat, pemeriksaan fisik, uji fungsi paru dan evaluasi keadaan alergi.

Biasanya gejala-gejala yang muncul bila anak menderita asma antara lain: seringnya muncul mengi, kesulitan bernafas, sesak, batuk, dan banyak mengeluarkan lendir. Tapi gejala-gejala ini tetap harus dipastikan dengan beberapa uji dulu. Bila si kecil mengalami mengi saja, bukan berarti ia juga asma. Menurut fakta, sekitar 50% anak pengidap asma tidak mengi. Jadi untuk mendeteksi asma, menurut Ted Kliner, M.D., profesor pediatrik di University of Texas Health Science Center di San Antonio, AS, "Yang lebih tepat adalah batuk, khususnya batuk yang terjadi pada malam atau dini hari." Jika si kecil mengeluh dadanya terasa sesak, atau merasakan kelelahan berlebih sehabis berolah raga, ada kemungkinan ia mengidap asma.

Yang terpenting dalam mendeteksi asma adalah adanya serangan yang berulang yang dipicu oleh faktor luar seperti alergen, iritan, latihan, atau infeksi virus. Serangan yang timbul pada malam hari atau pagi buta juga merupakan ciri penyakit asma. Mengi berulang dan/atau batuk yang menetap merupakan titik awal untuk mendiagnosis penyakit asma.

Bisakah Dicegah?
Tak ada yang dapat dilakukan agar bisa secara total mencegah bayi kena asma, jika penyebabnya gen. Dan orangtua memang tidak akan tahu apakah si kecil asma atau tidak sampai bayi menunjukkan gejala mengi dan batuk yang konsisten. Bahkan jika si bayi mengi parah, belum mungkin pada saat itu untuk menyatakan bahwa ia mengidap asma, sampai mengi itu menjadi kondisi kronis. Sebab pilek dan infeksi saluran napas lainnya cenderung menyebabkan bayi mengi karena saluran napasnya masih kecil.

Tapi, jika si bayi juga sering batu dan tampak mengalami alergi -termasuk alergi makanan- dan jika kedua orangtua mengidap alergi dan asma, bayi berkemungkinan kuat mengidap asma juga. Namun orangtua bisa menunda munculnya tanda-tanda asma menjadi sampai bayi menjadi lebih besar, sampai paru-parunya besar dan kuat, dengan cara membatasi keterpaparan anak terhadap kutu debu, dengan membungkus kasurnya dengan plastik tak tembus. Buang karpet, jauhkan mainan dari kamarnya, gunakan korden plastik dan bukan korden kain yang tebal. Cuci perlengkapan tidurnya seminggu sekali dalam air panas.

Jauhkan anak dari asap rokok. Asap rokok belum dipandang alergen, namun bisa mengiritasi paru-paru. Hindari menggunakan perapian, anglo, atau kompor minyak, sebab asapnya bisa mengiritasi sistem pernapasan. Jika anak alergi bulu binatang, tempatkan binatang peliharaan di luar rumah atau sejauh mungkin. Batasi juga keterpaparan terhadap virus dengan mempraktekkan pola hidup sehat. Selain itu, tunda pemberian makanan yang paling mungkin menyebabkan alergi, seperti telur, kacang-kacangan, kerang, dan susu sapi.

Jenis-jenis Asma
Asma pada anak sering timbul pada usia di bawah 4 tahun. Namun masalah pengobatan timbul justru pada masa sesudah usia ini. Serangan asma pada masa usia 4-10 tahun dapat berupa asma ringan atau berat, dan frekuensinya pun ada yang jarang tapi juga ada yang sering. "Sebagian bisa kena serangan harian, yang lain bisa bulanan atau tahunan tanpa mengalami serangan," jelas Bambang. Pembagian jenis asma pada anak:


Asma episode jarang
Ini termasuk asma berat yang datangnya jarang. Gejalanya biasanya keluhan pilek, batuk, dilanjutkan sesak nafas. Saat terjadi serangan, otot-otot leher terlihat kaku dan biasanya lebih banyak terjadi pada malam hari. Juga ditambah mengi beberapa jam selama beberapa hari atau batuk-batuk yang berlangsung kurang dari 10-14 hari.

Asma episode sering
Asma ini sebagian besar terjadi pada usia 3 tahun, dan bisa berlangsung hingga usia 8-10 tahun. Pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa serangan infeksi yang jelas, frekuensinya 3-4 kali dalam setahun. Lamanya serangan berlangsung hingga beberapa jam. Serangan ini bisa hilang dengan atau tanpa obat.

Asma kronik atau persisten
Timbul hampir setiap hari. Bisa dibilang penderitanya tak akan terbebas dari serangan ini. Serangannya bervariasi, dari yang ringan hingga berat, terjadi pada malam hari. Pada asma berat, aktivitas penderita akan selalu terganggu, sehingga butuh pengobatan terus-menerus.

Pemicu Serangan Asma

Infeksi parah dari respiratory syncytial virus (RSV), yakni virus yang sering menyerang saluran napas

Pilek dan infeksi saluran pernapasan

Makanan tertentu, khususnya telur, kerang-kerangan, susu sapi, kacang-kacangan

Alergen dari lingkungan. Ini tak berperan banyak sampai si kecil di atas 1 tahun. Sebabnya, perlu waktu 6 bulan terpapar alergen ini sebelum bayi menjadi sensitif. Jadi jika bayi tinggal bersama kucing, ia tak akan mengalami gejala alergi atau asma sampai sekurangnya berusia 6 bulan, atau mungkin lebih besar lagi.

Serbuk sari. Alergi musiman ini tak akan muncul sampai si anak berusia 4-5 tahun. Sebab pada usia inilah anak baru menghabiskan waktunya di luar dan bisa terpapar serbuk sari selama 6 bulan.

Olahraga. Ini bukan problem untuk bayi, tapi dapat menyerang ketika anak mulai berlari-lari saat usia batita.

Mitos-mitos Asma
Mitos: Asma akan menghilang dengan sendirinya ketika anak sudah besar
Fakta: Sekitar 50% anak pengidap asma akan berhenti mengalami gejala-gejala asma ketika beranjak remaja. Namun penyebabnya masih ada. Sebagian besar anak akan menunjukkan gejala-gejala asma lagi saat dewasa.

Mitos: Asma sembuh jika penderita pindah ke iklim yang lebih kering
Fakta: Tak ada daerah aman untuk penderita asma. Tingkat kutu debu lebih tinggi di iklim yang lembab dan serbuk sari lebih banyak terdapat di area lainnya. Anak umumnya juga mengalami sensitivitas terhadap pemicu asma yang baru ketika ia pindah. Sebabnya, si anak tetap membawa gen asma-nya kemanapun ia pindah.

Mitos: Jika gejala asma hanya muncul saat berolahraga, itu bukan asma
Fakta: Asma yang timbul akibat olahraga merupakan bentuk penyakit asma yang mempengaruhi anak hanya ketika mereka lari, memanjat, atau berolahraga berat. Untungnya ini dapat ditangani dengan mudah dengan obat-obatan asma.
Sumber: Tabloid Ibu & Anak

0 comments:

Posting Komentar

Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie

Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?