Adsense Indonesia

Anakku "Mania" Angka!

0

Anakku "Mania" Angka!
MOTHER & BABY

Ada anak yang sangat suka pada sesuatu yang berhubungan dengan angka dan hitungan. Meskipun mengkhawatirkan, hal itu dapat diatasi tanpa menghapus kecerdasan matematikanya.

Meski usianya masih balita, Deo (3,5 tahun) sudah terlihat berbeda dengan teman-teman seusianya. Secara fisik, ia mungkin tidak berbeda. Namun kemampuan Deo dalam bidang hitung-menghitung jauh di atas kemampuan anak-anak seusianya. Bahkan, ia dengan mudah menjawab berbagai pertanyaan hitungan tanpa harus susah-susah berpikir.

Kemampuan Deo bukan saja membanggakan orangtuanya, tetapi juga dikagumi oleh orang lain. Bahkan lingkungannya menjuluki Deo dengan istilah 'si jenius'. Namun sayang, meskipun Deo hampir bisa menjawab semua pertanyaan hitungan, ia tidak mempunyai banyak teman. "Anak saya sulit sekali mendapatkan teman sebab ia terlihat enggan berbicara dengan orang lain," keluh Ayda, Mamanya.

Menurut psikolog Dra. Rose Mini, M.Psi., anak balita, yang mempunyai kemampuan hitung-menghitung secara cepat, bisa disebabkan ia memiliki kecerdasan Logik-Matematik. "Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang bersifat nature, yaitu telah ada sejak lahir dan diberikan sebagai suatu anugerah dari Yang Maha Kuasa," terang Dosen Fakultas Psikologi UI ini.

Faktor Nature dan Stimulasi
Pada dasarnya, kemampuan seorang balita dalam mengenal angka berbeda-beda dari anak yang satu dengan anak yang lainnya. "Ada anak yang telah bisa mengenal angka saat ia berusia 2,5 tahun, tapi ada juga yang baru mengenal pada usia 4 tahun. Sehingga usia tidak bisa dijadikan patokan," jelas Romi, panggilan akrab Rose Mini. Peran orangtua sangat penting dalam pemberian stimulasi secara tepat. Tapi bila itu tidak dilakukan, maka kemampuan yang dimilikinya ini hanya sia-sia saja," jelasnya.

Nah, bila balita Anda dikaruniai kecerdasan logik-matematik, sangat mungkin ia akan bisa dengan cepat menghafal dan mengenal angka. Bahkan tak jarang, pada usia ini mereka bisa dengan mudah melakukan hitung-menghitung. "Meskipun kecerdasan ini dipunyai anak secara nature, tapi tetap perlu diberikan stimulasi agar kecerdasan yang dimiliki bisa berkembang secara maksimal."

Apabila balita Anda telah mampu berhitung dengan cepat, berarti stimulasi yang orangtua berikan telah cukup baik. Jangan takut ia menjadi 'mania' angka, "Sebenarnya, istilah mania itu tidak tepat karena kata mania bertendensi pada hal yang tidak baik," ujar Romi. Bila memang ia mampu menghitung dengan baik dan cepat, hal ini sebaiknya terus dioptimalkan, bukan malah dihentikan.

Jangan Terfokus

Tidak semua orang mempunyai anugerah dalam kecerdasan logik-matematik. Oleh karena itu, kekhawatiran orangtua untuk menghentikan kemampuannya ini bukanlah hal yang tepat. Bila kemampuannya ini menghambat perkembangan kecerdasannya yang lain, bisa jadi disebabkan orangtua hanya memfokuskan stimulasi pada satu hal saja.

"Pada dasarnya, suatu kecerdasan tidak dapat berdiri sendiri," ungkapnya. Apapun kecerdasan yang dimiliki oleh anak, ia tetap membutuhkan kecerdasan lain untuk melengkapinya. " Kecerdasan logik-matematik ini biasanya juga berhubungan dengan kecerdasan visual-spasial karena ia tetap harus memilah-milah angka yang harus ia hitung."

Romi menyarankan agar orangtua tidak memfokuskan stimulasi hanya pada satu kecerdasan saja. "Orangtua bisa memberikan permainan hitung-menghitung dengan diselingi dengan ketrampilan lainnya, misalnya memintanya bercerita tentang huruf-huruf yang ia lihat, ini juga akan membantu mengasah kemampuan verbal dan linguistiknya."

Dengan memberikan stimulasi yang bisa mencakup beberapa jenis kecerdasan sekaligus, tentunya si kecil akan terhindar dari kelemahan interpersonal seperti yang dialami oleh Deo. "Anak balita mempunyai daya tangkap yang luar biasa, sehingga mereka bisa menerima berbagai stimulasi yang kita berikan," jelasnya. Stimulasi yang diberikan cukup diberikan sambil bermain, sehingga mereka tidak merasa sedang distimulasi.

Menghambat Keingintahuannya

Bila memang ternyata ia sudah terlanjur 'mania' angka, Romi juga tidak menganjurkan untuk menghambat bahkan menghentikan kesenangannya ini. "Bila kita menghambat, bahkan menghentikan kesukaannya dengan angka, artinya kita bisa mematikan kemampuannya. Selain itu, balita juga akan merasa frustasi dan jera untuk meningkatkan keingintahuannya ini."

Hal tersebut bisa berakibat fatal. Selain kehilangan kemampuan dan kecerdasan logik-matematiknya, ia mungkin akan terhambat perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lainnya. "Jadi daripada kita menghambat dan beresiko kehilangan kemampuan logik-matematiknya, lebih baik kita menambahkan stimulasi kecerdasan lainnya."

Sekali lagi, orangtua merupakan kunci dari perkembangannya. "Orangtua harus kreatif untuk mencari stimulasi apa yang bisa menarik perhatian anak," ungkap Romi, sehingga ia akan tumbuh menjadi seseorang yang bukan hanya tinggi pada kecerdasan tertentu saja, tapi juga memiliki kelebihan di kecerdasan yang lainnya.

Menstimulasi "Si Mania" Angka

Ada berbagai macam stimulasi yang bisa kita berikan untuk balita kita yang 'gila angka'. Beberapa permainan di bawah ini, bukan saja akan mengasah kemampuan logik-matematik anak, tapi juga kemampuan lainnya.

Menyusun balok kayu atau bahan daur ulang. Ajaklah ia membuat sebuah bangunan ataupun lainnya, dengan menggunakan balok kayu atau bahan lainnya, seperti bahan daur ulang. Anak yang hobi menghitung, pasti akan sangat tertarik dengan permainan ini dan tanpa disadari, kemampuan spasial dan kinestetisnya pun terasah.

Bermain bunyi-bunyian. Membuat alat musik yang sederhana, misalnya drum kaleng, harmonika, atau menepuk tamborin. Permainan ini bukan saja akan mengajak anak sibuk dengan angka-angka tangga nada, tapi juga mengasah kecerdasan musik, kinestetik dan juga kemampuan interpersonal bila dimainkan bersama dengan anak-anak lainnya.

Mengasah kemampuan mencipta. Anak-anak dengan kemampuan logik-matematik juga bisa diajak untuk menciptakan sesuatu. Misalnya menciptakan alat antimaling atau mengubah fungsi mainan yang rusak menjadi berfungsi kembali. Permainan ini juga akan mengasah kemampuan interpersonal dan spasialnya.
(Rahmi/Laurel Schmidt)
Sumber: Tabloid Ibu & Anak

0 comments:

Posting Komentar

Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie

Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?