Anakku Obesitas Nggak, Ya?
MOTHER & BABY
Obesitas sudah dianggap sebagai penyakit. Namun menentukan apakah anak obesitas tak cukup dengan melihat penampilan fisiknya saja.
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah anak yang menderita obesitas atau kegemukan makin banyak saja. Di AS misalnya, obesitas dialami 1 di antara 5 anak. Kini, obesitas bukan sekedar gangguan, namun sudah digolongkan sebagai penyakit, sebab dapat mengarah pada komplikasi medis lain. Misalnya diabetes, apnea (berhenti bernafas sebentar saat tidur), kolesterol tinggi, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan emosional.
Banyak Faktor
Anak akan kelebihan berat jika energi yang masuk ke dalam tubuh jauh lebih banyak dibanding yang digunakan untuk aktivitas dan pertumbuhan. Kelebihan energi ini akan disimpan tubuh dalam bentuk lemak. Energi berlebih ini digolongkan menjadi dua: berat badan berlebih (overweight), dan obesitas. Disebut overweight jika kelebihan berat itu antara 110-120% berat badan standar. Disebut obesitas, jika kelebihan berat itu lebih dari 120% berat badan standar.
Namun ada faktor-faktor lain - tak hanya energi berlebih saja- yang juga ikut mempengaruhi kenapa anak bisa kegemukan. Di antaranya:
Faktor keturunan. Anak dari orangtua yang kegemukan akan lebih mungkin kegemukan juga. Jika ayah dan ibu tidak kegemukan, kemungkinan anak kegemukan adalah 9%. Jika ayah atau ibu kegemukan, kemungkinan anak kegemukan adalah 41-50%. Jika ayah dan ibu kegemukan, kemungkinan anak kegemukan adalah 66-80%. Tapi kadang sulit menentukan apakah kegemukan itu dari keturunah atau lingkungan, karena anak dari orangtua yang kegemukan cenderung meniru kebiasaan makan dan olahraga salah satu atau kedua orangtuanya.
Faktor metabolisme. Metabolisme -proses pemanfaatan energi- yang cepat akan membakar energi lebih cepat pula dibanding metabolisme yang lambat. Olahraga merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolisme. Meski lebih jarang, kondisi medis anak dan pengobatan yang ia jalani juga menyebabkan perubahan metabolisme. Sampai tingkat tertentu, seberapa banyak yang anak makan, kapan ia makan, dan kapan ia melewatkan makan juga mempengaruhi metabolisme.
Faktor lingkungan. Keturunan dan metabolisme sering menjadi dasar bagi anak untuk menjadi kegemukan, lalu lingkunganlah yang mengklopkannya. Contohnya:
Bayi diberi susu formula, bukan ASI. Bayi yang diberi susu formula lebih cenderung mengalami kegemukan.
Pemberian makanan tambahan yang terlalu cepat, misal saat usia bayi baru 3 bulan
Aturan 'habiskan makanmu' yang membuat anak makan lebih dari yang dibutuhkan tubuhnya
Hanya sekitar 25% anak sekolah yang mengambil kursus olah tubuh. Berarti lebih banyak anak yang kurang berolahraga selama hari-hari sekolah. Di samping itu, anak tak punya banyak model peran yang suka berlahraga. Kurang dari 50% orang dewasa berolahraga 30 menit setiap hari, 5 hari dalam seminggu.
Menonton TV. Menurut penelitian di AS, TV menjadi penyebab 50% kegemukan pada anak. Anak yang kecanduan TV mengkonsumsi lebih banyak kalori (mereka cenderung ngemil saat nonton, dan tergoda iklan untuk makan makanan yang salah). Tubuh anak juga membakar lebih sedikit kalori, karena saat nonton mereka sedikit bergerak.
Cek dengan BMI
Obesitas adalah penyakit yang kompleks. Untuk menyimpulkan anak apakah kegemukan atau tidak, tak cukup dengan melihat pipinya yang tembem, perutnya yang gendut, atau lengannya yang besar. Yang bisa lebih tepat menyimpulkannya adalah dokter, melalui pengukuran lingkar lengan atas atau menghitung indeks massa tubuh anak, menggunakan grafik Body Mass Index (BMI).
BMI dapat digunakan untuk mengetahui apakah anak kurang berat, berisiko kelebihan berat, serta kelebihan berat. Lemak tubuh berubah sepanjang tahun, ketika anak tumbuh. Juga, jumlah lemak tubuh anak lak-laki dan perempuan berbeda. Itu sebabnya BMI tiap jenis kelamin dan usia juga berbeda.
Grafik BMI, yang menyilangkan usia anak dengan tinggi atau berat badannya, mempunyai beberapa kurva yang menunjukkan persentil tertentu. Dokter atau petugas kesehatan menggunakan kurva persentil itu untuk menentukan apakah anak kekurangan atau kelebihan berat.
Anak kekurangan berat, jika titik persilangan antara umur dengan berat/tinggi badan ada di bawah persentil ke-5. Berisiko kelebihan berat jika ada di antara persentil ke-85 sampai 95, dan kelebihan berat, jika ada di atas persentil ke-95. Bagaimana kalau anak terletak di persentil ke-60? Artinya, dibanding anak lain yang jenis kelamin dan usianya sama, 60% anak lain punya BMI yang lebih rendah dibanding anak kita.
Atur Pola Makan
Menurunkan berat pada anak kegemukan umumnya sulit dilakukan, karena mesti dilakukan hati-hati, mengingat anak masih dalam proses pertumbuhan. Pendekatan yang bisa dilakukan yakni dengan mengurangi konsumsi energi dan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas yang dilakukan teratur setiap hari sebagai bagian dari kehidupan normal akan lebih berhasil daripada aktivitas berat yang dilakukan sebentar dan tidak teratur. Dengan bertambahnya tinggi badan, diharapkan proporsi tinggi dan berat badan nantinya menjadi lebih seimbang.
Karena energi untuk tubuh berasal dari makanan -terutama karbohidrat dan lemak- maka diet (pengaturan pola makan) merupakan salah satu cara mencegah atau mengontrol kegemukan. Bagi anak yang sudah telanjur kegemukan, diet itu sebaiknya memenuhi hal-hal berikut:
Rendah energi dan seimbang. Energi dari karbohidrat terutama harus dikurangi
Konsumsi protein normal atau sedikit di atas normal. Dalam batas energi yang diperbolehkan, beri pilihan makanan sebanyak mungkin. Diet ketat tidak dianjurkan
Cukup mineral dan vitamin
Kadar serat tinggi
Pemberian makanan 3 kali sehari. Makan teratur namun dalam porsi kecil tak mudah menyebabkan kegemukan dibanding makan dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau melewati waktu makan.
Pelaksanaan diet ini diiringi dengan penyuluhan gizi kepada anak dan orangtua.
Semua bahan makanan boleh diberikan, asal dalam jumlah yang telah ditentukan.
Yang harus dibatasi adalah makanan berenergi tinggi. Misalnya makanan yang manis seperti gula, sirop, jam, selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, softdrink, es krim, kue dan biskuit manis, cake. Juga makanan berlemak seperti goreng-gorengan, makanan yang dimasak dengan santan, daging berlemak, dan kacang-kacangan. Untuk memberikan rasa kenyang, sayuran dan buah dapat diberikan lebih banyak.
Yang perlu diperhatikan, tujuan diet tiap golongan umur itu berbeda. Untuk bayi usia 0-1 tahun, pemberian makannya seperti untuk bayi normal. Jadi tak diperlukan diet ketat. Tujuannya bukan menurunkan berat badan, namun mencegah penambahan berat badan berlebihan. Sebab sebagian besar bayi gemuk akan kehilangan kelebihan beratnya secara spontan.
Pada anak usia 1-6 tahun, dietnya bertujuan mencegah penambahan berat badan, sebab anak usia ini cepat bertambah tinggi. Jika pembatasan diet dilakukan sedang-sedang saja, dalam 6-12 bulan anak akan keluar dari kegemukannya. Diet yang mengandung 600-800 Kalori pada umumnya cukup mengatasi kegemukan pada anak usia prasekolah ini.
Untuk anak usia 7 tahun ke atas, kandungan energi makanan dikurangi secara bertahap, hingga 500-1000 Kalori di bawah kebutuhan normal. Pada kelebihan berat biasa, kandungan energi makanan yang diberikan sama dengan kebutuhan energi minimum yang sesuai umur, jenis kelamin, dan berat badan anak normal. Pada anak obesitas, dasar perhitungan energi adalah berat badan ideal. Di bawah pengawasan yang baik, diet yang mengandung 800-1.000 Kalori per hari akan dapat memberikan penurunan berat badan yang diharapkan.
Obesitas Picu Depresi
Anak yang kegemukan rentan depresi, lho. Beberapa penelitian menunjukkan, ada pandangan buruk terhadap orang yang kegemukan. Ini sudah dimiliki bahkan oleh anak yang berusia 3-5 tahun.
Tak heran jika sebelum anak obesitas masuk TK pun, ia akan sering dipanggil 'ndut', diejek, susah berteman, dan tak diikutsertakan dalam aktivitas tertentu, misalnya olahraga. Kalaupun dipilih, biasanya paling buncit, karena ada pandangan bahwa anak kegemukan lamban dan menjadi titik lemah tim.
Penolakan itu bisa membuat anak makin kegemukan, sebab hal itu mematahkan semangatnya untuk aktif dalam kegiatan fisik. Akibatnya anak lebih suka melakukan aktivitas menyendiri, misal menonton TV, main video games, atau playstation. Untuk mencegahnya, kuncinya tetap dengan melakukan diet dan mendorong anak beraktivitas fisik lebih banyak, termasuk dengan mengikutsertakan orangtua. (TG/Berbagai Sumber)
Sumber: Tabloid Ibu & Anak
MOTHER & BABY
Obesitas sudah dianggap sebagai penyakit. Namun menentukan apakah anak obesitas tak cukup dengan melihat penampilan fisiknya saja.
Dalam 20 tahun terakhir, jumlah anak yang menderita obesitas atau kegemukan makin banyak saja. Di AS misalnya, obesitas dialami 1 di antara 5 anak. Kini, obesitas bukan sekedar gangguan, namun sudah digolongkan sebagai penyakit, sebab dapat mengarah pada komplikasi medis lain. Misalnya diabetes, apnea (berhenti bernafas sebentar saat tidur), kolesterol tinggi, hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan emosional.
Banyak Faktor
Anak akan kelebihan berat jika energi yang masuk ke dalam tubuh jauh lebih banyak dibanding yang digunakan untuk aktivitas dan pertumbuhan. Kelebihan energi ini akan disimpan tubuh dalam bentuk lemak. Energi berlebih ini digolongkan menjadi dua: berat badan berlebih (overweight), dan obesitas. Disebut overweight jika kelebihan berat itu antara 110-120% berat badan standar. Disebut obesitas, jika kelebihan berat itu lebih dari 120% berat badan standar.
Namun ada faktor-faktor lain - tak hanya energi berlebih saja- yang juga ikut mempengaruhi kenapa anak bisa kegemukan. Di antaranya:
Faktor keturunan. Anak dari orangtua yang kegemukan akan lebih mungkin kegemukan juga. Jika ayah dan ibu tidak kegemukan, kemungkinan anak kegemukan adalah 9%. Jika ayah atau ibu kegemukan, kemungkinan anak kegemukan adalah 41-50%. Jika ayah dan ibu kegemukan, kemungkinan anak kegemukan adalah 66-80%. Tapi kadang sulit menentukan apakah kegemukan itu dari keturunah atau lingkungan, karena anak dari orangtua yang kegemukan cenderung meniru kebiasaan makan dan olahraga salah satu atau kedua orangtuanya.
Faktor metabolisme. Metabolisme -proses pemanfaatan energi- yang cepat akan membakar energi lebih cepat pula dibanding metabolisme yang lambat. Olahraga merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan metabolisme. Meski lebih jarang, kondisi medis anak dan pengobatan yang ia jalani juga menyebabkan perubahan metabolisme. Sampai tingkat tertentu, seberapa banyak yang anak makan, kapan ia makan, dan kapan ia melewatkan makan juga mempengaruhi metabolisme.
Faktor lingkungan. Keturunan dan metabolisme sering menjadi dasar bagi anak untuk menjadi kegemukan, lalu lingkunganlah yang mengklopkannya. Contohnya:
Bayi diberi susu formula, bukan ASI. Bayi yang diberi susu formula lebih cenderung mengalami kegemukan.
Pemberian makanan tambahan yang terlalu cepat, misal saat usia bayi baru 3 bulan
Aturan 'habiskan makanmu' yang membuat anak makan lebih dari yang dibutuhkan tubuhnya
Hanya sekitar 25% anak sekolah yang mengambil kursus olah tubuh. Berarti lebih banyak anak yang kurang berolahraga selama hari-hari sekolah. Di samping itu, anak tak punya banyak model peran yang suka berlahraga. Kurang dari 50% orang dewasa berolahraga 30 menit setiap hari, 5 hari dalam seminggu.
Menonton TV. Menurut penelitian di AS, TV menjadi penyebab 50% kegemukan pada anak. Anak yang kecanduan TV mengkonsumsi lebih banyak kalori (mereka cenderung ngemil saat nonton, dan tergoda iklan untuk makan makanan yang salah). Tubuh anak juga membakar lebih sedikit kalori, karena saat nonton mereka sedikit bergerak.
Cek dengan BMI
Obesitas adalah penyakit yang kompleks. Untuk menyimpulkan anak apakah kegemukan atau tidak, tak cukup dengan melihat pipinya yang tembem, perutnya yang gendut, atau lengannya yang besar. Yang bisa lebih tepat menyimpulkannya adalah dokter, melalui pengukuran lingkar lengan atas atau menghitung indeks massa tubuh anak, menggunakan grafik Body Mass Index (BMI).
BMI dapat digunakan untuk mengetahui apakah anak kurang berat, berisiko kelebihan berat, serta kelebihan berat. Lemak tubuh berubah sepanjang tahun, ketika anak tumbuh. Juga, jumlah lemak tubuh anak lak-laki dan perempuan berbeda. Itu sebabnya BMI tiap jenis kelamin dan usia juga berbeda.
Grafik BMI, yang menyilangkan usia anak dengan tinggi atau berat badannya, mempunyai beberapa kurva yang menunjukkan persentil tertentu. Dokter atau petugas kesehatan menggunakan kurva persentil itu untuk menentukan apakah anak kekurangan atau kelebihan berat.
Anak kekurangan berat, jika titik persilangan antara umur dengan berat/tinggi badan ada di bawah persentil ke-5. Berisiko kelebihan berat jika ada di antara persentil ke-85 sampai 95, dan kelebihan berat, jika ada di atas persentil ke-95. Bagaimana kalau anak terletak di persentil ke-60? Artinya, dibanding anak lain yang jenis kelamin dan usianya sama, 60% anak lain punya BMI yang lebih rendah dibanding anak kita.
Atur Pola Makan
Menurunkan berat pada anak kegemukan umumnya sulit dilakukan, karena mesti dilakukan hati-hati, mengingat anak masih dalam proses pertumbuhan. Pendekatan yang bisa dilakukan yakni dengan mengurangi konsumsi energi dan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas yang dilakukan teratur setiap hari sebagai bagian dari kehidupan normal akan lebih berhasil daripada aktivitas berat yang dilakukan sebentar dan tidak teratur. Dengan bertambahnya tinggi badan, diharapkan proporsi tinggi dan berat badan nantinya menjadi lebih seimbang.
Karena energi untuk tubuh berasal dari makanan -terutama karbohidrat dan lemak- maka diet (pengaturan pola makan) merupakan salah satu cara mencegah atau mengontrol kegemukan. Bagi anak yang sudah telanjur kegemukan, diet itu sebaiknya memenuhi hal-hal berikut:
Rendah energi dan seimbang. Energi dari karbohidrat terutama harus dikurangi
Konsumsi protein normal atau sedikit di atas normal. Dalam batas energi yang diperbolehkan, beri pilihan makanan sebanyak mungkin. Diet ketat tidak dianjurkan
Cukup mineral dan vitamin
Kadar serat tinggi
Pemberian makanan 3 kali sehari. Makan teratur namun dalam porsi kecil tak mudah menyebabkan kegemukan dibanding makan dalam jumlah banyak secara tidak teratur atau melewati waktu makan.
Pelaksanaan diet ini diiringi dengan penyuluhan gizi kepada anak dan orangtua.
Semua bahan makanan boleh diberikan, asal dalam jumlah yang telah ditentukan.
Yang harus dibatasi adalah makanan berenergi tinggi. Misalnya makanan yang manis seperti gula, sirop, jam, selai, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, softdrink, es krim, kue dan biskuit manis, cake. Juga makanan berlemak seperti goreng-gorengan, makanan yang dimasak dengan santan, daging berlemak, dan kacang-kacangan. Untuk memberikan rasa kenyang, sayuran dan buah dapat diberikan lebih banyak.
Yang perlu diperhatikan, tujuan diet tiap golongan umur itu berbeda. Untuk bayi usia 0-1 tahun, pemberian makannya seperti untuk bayi normal. Jadi tak diperlukan diet ketat. Tujuannya bukan menurunkan berat badan, namun mencegah penambahan berat badan berlebihan. Sebab sebagian besar bayi gemuk akan kehilangan kelebihan beratnya secara spontan.
Pada anak usia 1-6 tahun, dietnya bertujuan mencegah penambahan berat badan, sebab anak usia ini cepat bertambah tinggi. Jika pembatasan diet dilakukan sedang-sedang saja, dalam 6-12 bulan anak akan keluar dari kegemukannya. Diet yang mengandung 600-800 Kalori pada umumnya cukup mengatasi kegemukan pada anak usia prasekolah ini.
Untuk anak usia 7 tahun ke atas, kandungan energi makanan dikurangi secara bertahap, hingga 500-1000 Kalori di bawah kebutuhan normal. Pada kelebihan berat biasa, kandungan energi makanan yang diberikan sama dengan kebutuhan energi minimum yang sesuai umur, jenis kelamin, dan berat badan anak normal. Pada anak obesitas, dasar perhitungan energi adalah berat badan ideal. Di bawah pengawasan yang baik, diet yang mengandung 800-1.000 Kalori per hari akan dapat memberikan penurunan berat badan yang diharapkan.
Obesitas Picu Depresi
Anak yang kegemukan rentan depresi, lho. Beberapa penelitian menunjukkan, ada pandangan buruk terhadap orang yang kegemukan. Ini sudah dimiliki bahkan oleh anak yang berusia 3-5 tahun.
Tak heran jika sebelum anak obesitas masuk TK pun, ia akan sering dipanggil 'ndut', diejek, susah berteman, dan tak diikutsertakan dalam aktivitas tertentu, misalnya olahraga. Kalaupun dipilih, biasanya paling buncit, karena ada pandangan bahwa anak kegemukan lamban dan menjadi titik lemah tim.
Penolakan itu bisa membuat anak makin kegemukan, sebab hal itu mematahkan semangatnya untuk aktif dalam kegiatan fisik. Akibatnya anak lebih suka melakukan aktivitas menyendiri, misal menonton TV, main video games, atau playstation. Untuk mencegahnya, kuncinya tetap dengan melakukan diet dan mendorong anak beraktivitas fisik lebih banyak, termasuk dengan mengikutsertakan orangtua. (TG/Berbagai Sumber)
Sumber: Tabloid Ibu & Anak
0 comments:
Posting Komentar
Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie
Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?