Anakku Bisa Tinggikah?
MOTHER & BABY
MOTHER & BABY
Pertumbuhan tinggi badan si kecil adalah salah satu indikator dari keberhasilan gizinya. Namun, faktor genetik ternyata juga menentukan.
Beberapa orangtua seringkali merasa khawatir anaknya tidak dapat tumbuh tinggi. Untuk itu, sejak balita, banyak anak-anak yang dipacu dengan berbagai macam kegiatan -terutama olahraga, seperti berenang, bersepeda, dan lainnya- agar ia bisa lebih tinggi dari orangtuanya.
Sebenarnya, masalah pertumbuhan tinggi badan ini, menurut Pakar Gizi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, sangat dipengaruhi oleh faktor gizi dan genetik. "Orangtua yang tinggi akan melahirkan anak-anak yang tinggi, sementara orang tua yang tidak terlalu tinggi masih bisa berharap mempunyai anak yang lebih tinggi dari kedua orangtuanya bila asupan gizi anak selalu diperhatikan."
Kondisi kurang gizi, pada awalnya, akan mempengaruhi berat badan anak. Bila keadaan ini berlangsung lama, maka tinggi badan dan perkembangan intelektual akan terganggu. Kasus remaja-remaja Jepang yang lahir pasca Perang Dunia II menjadi contoh menarik bahwa mereka ternyata bisa tumbuh lebih tinggi daripada orang tuanya yang lahir pada masa ekonomi sulit.
Antara Gizi dan Keturunan
Secara umum, lanjut Dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Fakultas Pertanian IPB, Bogor ini, pertumbuhan pada masa bayi memang relatif pesat dibandingkan pada usia-usia lainnya. Pada umur tiga bulan pertama, seorang bayi bertambah berat badannya sebesar 600-1000 gr/bln. Pada usia 4-6 bulan, kenaikan berat badannya adalah 600-700 gr/bln, usia 7-9 bulan naik 400-500 gr/bln, dan usia 10-12 bulan bertambah 300-400 gr/bln.
Dengan pola pertumbuhan seperti itu, tubuh anak usia satu tahun adalah sekitar 7,5-11 kg (rata-rata 9 kg). Apabila berat anak mencapai 13 kg, mungkin sudah termasuk obesitas (sangat gemuk). Pada tahun kedua, pertumbuhannya lebih lambat, yaitu sekitar 2,0 kg per tahun. Oleh karena itu, anak kelihatan tidak semontok waktu bayi. Pada tahun ketiga, tubuh anak tampak lebih langsing lagi.
Untuk memperoleh anak dengan pertumbuhan fisik yang baik, sejak awal, ibu yang tengah mengandung harus memperhatikan konsumsi makanannya. Meskipun hingga kini masih belum diketahui mana yang lebih besar pengaruhnya, antara faktor keturunan atau gizi, namun, menurut Ali, kalau memang orangtua tidak terlalu tinggi, ada baiknya agar mulai memperhatikan asupan gizi pada anak-anaknya.
"Sumber gizi yang utama, untuk mendukung pertumbuhan, adalah protein yang bisa diperoleh dari daging, telur, susu, ikan, tahu, atau tempe," jelasnya. Nasi bisa dikatakan sumber protein sekaligus sumber karbohidrat karena umumnya, anak-anak juga banyak mengkonsumsi nasi sehingga asupannya cukup signifikan sebagai penyumbang protein.
"Sehingga potensi genetik yang kurang optimal bisa diperbaiki dengan asupan gizi yang baik," terang bapak dua anak ini. Untuk mengetahui, apakah anak mempunyai perawakan yang tinggi atau pendek, WHO telah memberikan standar dengan melihat pada kurva pertumbuhan atau growth chart.
Faktor Penunjang Lainnya
Selain kedua faktor utama diatas, papar Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A., ada beberapa faktor penunjang lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak, seperti kultur, lingkungan, gender, serta latar belakang keluarga. "Secara jenis kelamin, pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki dan anak perempuan berbeda. Umumnya, anak laki lebih tinggi di banding anak perempuan." ujar Aman.
"Pertumbuhan tubuh juga bisa ditentukan dari sering tidaknya si anak mengalami sakit," jelas pakar Endokrinologi anak dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini. Agar tidak mudah sakit, pemberian nutrisi yang baik, tidur cukup, dan olahraga teratur akan membantu pertumbuhan tubuh anak agar berkembang secara optimal.
Tapi, bukan berarti orangtua harus memberikan vitamin tambahan (suplemen) begitu banyak pada anak, lho. Sebab biarpun orangtua memberikan banyak suplemen vitamin, "Kalau secara genetik, si anak mempunyai pembawaan "kecil", ia tetap tidak akan lebih tinggi dari yang seharusnya," ujar dokter spesialis anak yang juga berpraktek di RS. Hermina Jatinegara, Jakarta ini.
"Namun, ada juga anak-anak yang bertubuh kecil, setelah aqil baliq, tubuhnya manjadi besar. Biasanya, ini juga akibat faktor hormonal," jelasnya. Faktor hormonal memang termasuk salah satu unsur yang sangat berperan dalam perkembangan tubuh manusia. Hormon-hormon yang bertanggung jawab dalam pertumbuhan tubuh adalah hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon tiroid, dan hormon seks.
Olahraga merupakan faktor yang membantu memperlancar metabolisme tubuh dengan cara memperlancar aliran darah di dalam tubuh. Lancarnya aliran darah akan membantu peredaran oksigen ke seluruh organ tubuh yang sangat diperlukan. Bila oksigen yang dibutuhkan berhasil mencapai sel-sel di dalam tubuh, maka hal itu akan membantu mengeluarkan hormon-hormon di atas.
Pantau Melalui Kurva Pertumbuhan
Dari lahir sampai lima tahun pertama kehidupannya, tinggi dan berat badan anak harus selalu dipantau. Hal tersebut sangat penting, agar bila ada gangguan atau kelainan dalam pertumbuhannya, akan bisa dideteksi dan diatasi sesegera mungkin. Kurva pertumbuhan bisa sangat membantu orangtua untuk melihat perkembangan tubuh anak-anaknya.
Kurva pertumbuhan akan memperlihatkan apakah si kecil termasuk mempunyai tinggi yang rata-rata, tinggi, atau pendek dengan mencocokkan antara tinggi dengan usianya. Seorang anak yang tumbuh secara normal (berada diantara dua garis, yaitu diatas persentile 90 hingga di bawah persentile 50), biasanya akan tumbuh sesuai dengan garis kurva yang ditunjukkan.
Namun, bila ternyata tinggi dan berat badan anak Anda berada di bawah garis yang ditunjukkan (percentile di bawah lima), maka ia dianggap kecil untuk anak seusianya. Pada kasus ini, hal terpenting yang harus dilakukan adalah meningkatkan pertumbuhan agar ia mencapai garis percentile lima. Tapi, bila ternyata ia tetap tidak bisa mencapai garis atau bahkan lebih berada di bawah lagi, ada baiknya orangtua memeriksakan si kecil ke dokter.
Kurva pertumbuhan ini memang dibuat sesempurna mungkin, tetapi tentu saja tidak semua anak bisa tumbuh sempurna. Jadi, orangtua juga sebaiknya mencermati hal ini. Ada banyak faktor penentu, misalnya, penyakit dan pola makan yang membuatnya tidak bisa tumbuh, seperti yang digambarkan dalam kurva tersebut.
Memang, ada orangtua yang bersikap over reaktif dalam pertumbuhan anaknya. Namun, seorang anak yang terlihat bahagia dan sehat (tidak jarang sakit), tentunya bisa dikatakan bahwa ia akan tumbuh dengan baik. Lingkungan yang sehat dan mendukung, mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, dan aktivitas tubuh yang mendukung, bisa dipastikan bahwa anak-anak akan juga berkembang dengan normal.
Pola Makan untuk Memacu Tinggi Badan
Menurut Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, pola makan juga sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tubuh si Kecil. Nah, apa saja pola makan yang harus diperhatikan?
Biasakan minum susu dua gelas sehari.
Makan harus cukup lauk-pauk: daging, telur, ikan, tahu/tempe, dankacang-kacangan.
Konsumsi pangan sumber karbohidrat (nasi) harus cukup.
Untuk anak remaja, olahraga renang, voli, dan basket akan membantu pertumbuhan.
(Rahmi Hastari)
Sumber: Tabloid Ibu & Anak
0 comments:
Posting Komentar
Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie
Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?