Adsense Indonesia

Akhirnya Mau Makan Juga...

1

Akhirnya Mau Makan Juga...
MOTHER & BABY

Tabloid Ibu & Anak - Duh, pusingnya jika si kecil 'mogok' makan. Badannya kurus, padahal lasaknya bukan main. Akan terpengaruhkah tumbuh kembangnya? Tidak, asal ia tetap mau menyantap makanan dengan gizi seimbang. Dan untuk itu tak usah khawatir, ada banyak cara untuk menyiasatinya.

Agar kecukupan gizi si kecil terpenuhi, harus ada makanan bergizi seimbang yang masuk ke perutnya. Jika anak susah makan, tentunya orangtua harus pintar-pintar mengakalinya. Nah, dengan sedikit kreativitas, kita bisa mengupayakan agar si kecil tetap bisa memperoleh gizi seimbang.

Ciptakan suasana menyenangkan

Suasana makan bisa mempengaruhi nafsu makan anak. Cobalah ajak si kecil makan sambil bermain-main. Main mobil-mobilan, misalnya. "Ayo, mobilnya mau isi bensin dulu...." Lalu mintalah si kecil menyuapkan makanan ke mulutnya. Atau, "Ayo, mobil (sendok)-nya mau masuk garasi, ngeng... ngeng..." sambil menyuruh anak membuka mulut, lalu hap!

Kenali waktu makan anak

Sengaja atau tidak, kita kerap menyuruh anak makan 'sesuai jadwal kita'. Begitu makanan tersaji, kita langsung menyuruh anak makan. Padahal, saat itu mungkin ia belum mau makan. Makan sore, langsung diberikan begitu anak selesai mandi sore. Padahal, sebagian anak mungkin perlu untuk membangkitkan selera makannya. Jadi, cobalah mengenali 'waktu lapar' anak. Tes dulu dengan memberikan sepotong lauk, sesendok sup atau appetizer lainnya. Jika anak lahap, berarti saat itu ia memang lapar. Lakukan ini beberapa hari untuk memastikan apakah itu benar-benar 'waktu laparnya'.

Buat variasi makanan
Menu itu-itu saja pasti membosankan! Makanan anak, seharusnya memang divariasikan secara berkala. Sayangnya, kita acap menyajikan makanan (buah, sayur atau lauk) yang itu-itu saja, sesuai selera kita. Padahal, makanan yang kita sukai atau tidak kita sukai belum tentu direspons sama oleh si kecil. Jadi, cobalah sesekali menyajikan menu lain. Misalnya, kentang rebus berbumbu sebagai pengganti nasi. Kombinasikan setiap bahan makanan sehingga menjadi sajian kaya warna, aroma, dan rasa. Perhatikan pula penyajiannya. Contohnya, nasi dan lauk pauknya dibentuk seperti kepala bertopi. Buah-buahan dibentuk seperti ayam-ayaman. Lalu gugahlah perhatian si kecil, "Woow... topinya baguuus sekali. Tentu lezat, ya, kalau dimakan. Yuk, kita cicipi!"

Jangan memaksa

Tindakan memaksa anak harus makan ini-itu, harus habis porsi sekian, harus makan jam sekian, dsb. biasanya justru akan ditolak oleh anak yang berkecenderungan sulit makan. Jadi, kenapa kita tak mencoba membiarkan anak agak bebas: bebas memilih sendiri makanan kesukaannya (berikan alternatif pilihan makanan yang memadai gizinya), bebas memilih sendiri porsinya (mau banyak, sedang atau sedikit, Sayang?), dsb. Bahkan sesekali, beri kesempatan anak memilih makanan yang diinginkannya, sekalipun itu kurang bergizi. Dukung si kecil untuk menyantap makanan pilihannya, agar hatinya senang. Kalau sudah senang, baru kita bujuk untuk menyantap makanan yang lebih bergizi. Bukankah rasa senang biasanya meningkatkan selera makan?

Hindari ngemil menjelang makan

Membiarkan anak jajan atau menyantap camilan menjelang waktu makan sebenarnya hanya akan mengurangi kadar lapar anak. Apalagi jika camilan yang diberikan bercita rasa manis (tinggi kalori atau kalori kosong) roti manis, kue manis, permen, cokelat, es krim, dsb. Simpanlah semua itu sampai anak menyelesaikan makan besarnya. Kalau pun terpaksa, jadikan itu semacam iming-iming dessert.

Sajikan makanan kesukaan anak

Kita cenderung selalu menentukan apa yang sebaiknya atau seharusnya dimakan anak. Sepanjang anak tak rewel makannya, ya tak masalah. Tapi bila si kecil tergolong sulit makan, kita berkepentingan untuk mencari tahu apa makanan kesukaannya. Tanyakan saja, "Ingin makan apa, Nak?"

Perhatikan kursi makannya
Umumnya, kursi makan didesain untuk orang dewasa. Dan setiap kali waktu makan tiba, si kecil pun merasa tidak nyaman karena harus 'tenggelam' di sana. Coba pasang alas yang tebal atau bantal kecil pada kursi agar ia mendapatkan ketinggian yang cukup untuk mencapai meja makan. Kalau perlu, dorong kursi lebih dekat dengan pinggir meja, sehingga si kecil dapat meraih piringnya dengan mudah.

Sediakan alat makan khusus
Anak yang baru berusia 1-2 tahun membutuhkan sendok dan garpu kecil yang nyaman dipegang. Tapi tidak tertutup kemungkinan, jika si kecil menginginkan, untuk membiarkannya makan tanpa alat apa pun, hanya menggunakan tangannya.

Apakah porsi makannya pas?
Anak kecil lambungnya lebih kecil dibandingkan lambung orang dewasa. Karena itu ia tak bisa makan sebanyak kita. Bila kita mengisi makanan di piring anak sampai menggunung dan meluber ke tepi, anak bakal kehilangan nafsu makannya. Paling tidak ia jadi berpikir: ah, makanan sebanyak ini bukan untukku. Ini kan porsi Ibu! Memberikan porsi sedikit-sedikit dulu lebih baik, kok. Nanti, kan, kita bisa menambahkannya lagi kalau ia belum kenyang.

Perhitungkan selera anak
Biar masih bocah, anak punya selera sendiri, lho. Jadi, jangan lupa memperhitungkan rasa, suhu, dan bentuk makanan sebelum disajikan. Anak bayi, misalnya, lebih memilih makanan yang hangat (tapi tak terlalu panas), dengan cita rasa yang biasa dicecapnya (tak terlalu hambar dan tak terlalu berbumbu), serta gampang ditelan (tak terlalu berair, tapi juga tak terlalu kering).

Ciptakan suasana tenang
Banyak anak yang mudah terpengaruh oleh suasana sekitarnya. Gaduh sedikit, ada suara keras televisi, bisa membuyarkan perhatian dan membuat selera makannya sirna. Menghadapi tipe anak seperti ini, pastikan suasana makan yang tenang. Hindarkan rangsangan visual atau audio apa pun yang terlalu atraktif, sehingga membuat perhatian anak tersita ke sana sepenuhnya. Kalau anak membutuhkan benda sebagai iming-iming agar mau makan, pilihlah yang mendukung ketenangan. Misalnya, boneka, buku bergambar, dsb. Itu pun dengan catatan, dia tetap mau makan. Kalau benda-benda itu ternyata merebut sebagian besar perhatian anak, simpan saja lagi.

Biar lambat asal tuntas
Anak balita umumnya makan dengan tempo lambat. Sambil main, ia mengobrol dengan teman, atau berpindah dari tempat satu ke tempat lain. Seringkali kita jadi tak sabar, lalu menegurnya 'malas makan' atau 'makannya kok main-main'. Padahal, makan dalam tempo lambat -- asalkan habis (sesuai porsinya) -- merupakan hal yang baik bagi anak. Apalagi jika dia baru mulai belajar makan sendiri (yang kesannya seperti bermain-main dengan makanan). Mulai sekarang, biarkan anak makan dengan temponya sendiri. Hargailah itu sebagai 'cara' si kecil makan. Yang penting tuntas.

Sediakan makanan cadangan
Mengantisipasi kemungkinan si kecil bosan terhadap suatu makanan, pastikan kita mempunyai persediaan makanan lain sebagai cadangan. Selain menghindari kejenuhan, makanan cadangan memberi kesempatan pada anak untuk mencoba sesuatu yang baru. Tapi, makanan cadangan ini harus punya kualitas setara dengan makanan yang digantikan.

Berantakan? Biar saja!

Anak (apalagi yang sedang getol belajar makan sendiri) biasanya lebih lahap jika dibiarkan makan sendiri. Karena ia merasa segala sesuatunya 'ada dalam kendali'. Biarpun berantakan - makanan bertaburan ke mana-mana - yang penting ia makan. Daripada sibuk menyuruhnya makan dengan rapi atau bolak-balik membersihkan ceceran makanan yang berantakan, lebih baik kita perkirakan jumlah makanan yang tercecer. Saat si kecil lengah, tambahkan lagi sejumlah makanan ke piringnya agar sesuai dengan porsi seharusnya.

Beri contoh yang baik
Kita, para orangtua, adalah contoh pertama dan terbaik buat anak. Termasuk, dalam soal makan. Anak akan berusaha mengikuti bagaimana cara orangtuanya makan. Jika kita ogah-ogahan makan di depan anak, ia pun akan ogah-ogahan pula. Perilaku suka meniru ini sebenarnya bermanfaat sekali untuk mendorong anak selalu antusias menyambut sajian baru (anak yang susah makan cenderung menyukai makanan yang itu-itu saja dan menolak makanan lainnya). Agar si kecil mau mencoba makanan yang disajikan, mintalah agar anak melihat kita makan. Sambil menyuapkan makanan itu ke mulut, katakan saja, "Mmm... kue ini enaaak sekali. Mama paling suka masakan ini!" Tunjukkan betapa antusias kita melahapnya.

Ciptakan kebiasaan makan bersama
Acara makan bersama biasanya menyenangkan anak-anak. Apalagi bila untuknya disediakan kursi khusus. Wah, ia pasti bangga. Jadi, usahakan agar selalu ada waktu untuk makan bersama setiap hari. Waktu makan pagi atau makan malam, cukup baik dipilih karena saat itulah biasanya anggota keluarga berkumpul secara utuh. Sambil makan atau setelah makan, kita bisa menanyakan berbagai kegiatan anak dan sebaliknya menceritakan kegiatan kita pada anak.

Jangan biasakan makan ditemani orang tertentu
Anak yang terbiasa makan dengan satu orang tertentu saja (selain orangtua), misalnya dengan pengasuh, bisa berkurang nafsu makannya saat harus makan dengan orangtuanya sendiri. Padahal, tidak selamanya orang itu dapat menemani anak makan. Misalnya, ketika pengasuh itu pulang kampung, atau berhenti bekerja. Alih-alih memasrahkan urusan makan si kecil kepada satu orang, ciptakanlah keseimbangan. Makan siang bolehlah bersama pengasuh (misalnya jika kedua orangtua harus bekerja di luar rumah), tapi sarapan dan makan malam usahakan bersama orangtua. Sehingga, anak bisa dekat dan mau makan dengan siapa saja.

Ajak anak menyiapkan makanannya
Menyiapkan makanan sendiri biasanya mengasyikkan anak-anak dan menimbulkan rasa penasaran untuk segera mencicipi hasilnya. Jadi, ajaklah si kecil membuat makanan kesukaannya. Apakah itu lauk-pauk, atau kue-kue. Biarkan anak menyiapkan atau membeli bahan-bahannya (repot sedikit, tidak apa-apa, kan?). Lalu, ajarkan cara meracik dan mengolahnya, dan biarkan ia mencoba sendiri. Tentu saja kita harus mendampingi dan memastikannya aman dari mata pisau yang tajam, minyak panas, nyala kompor, dsb. Kalau perlu, tangani dulu pekerjaan yang berisiko seperti menggoreng (nanti kalau sudah besar, boleh menggoreng sendiri, kok!). Setelah siap ajaklah anak mencicipinya. Hmmm... lezaaat, ya, kue buatan kita!

Jelaskan asal-usul makanan

Penjelasan tentang bagaimana makanan bisa ada di piring, biasanya selalu menggugah rasa ingin tahu anak. Sambil menyiapkan makanan, ceritakan bahwa nasi itu asalnya dari beras, beras dari padi, padi ditanam di sawah, dsb. Jelaskan pula bahwa semua itu tidak gratis, melainkan harus dibeli. Dan untuk membeli diperlukan uang, dan uang itu harus diperoleh dengan bekerja. Diharapkan, dengan begitu anak terbuka kesadarannya. Jelaskan pula bahwa jika anak tak mau makan, kita merasa sedih karena telah membuang uang dengan percuma. Gunakan bahasa yang dimengerti anak.

Beri contoh akibat kurang makan
Di sekitar kita ada banyak contoh akibat anak yang tak suka atau tak mendapat makanan secara memadai. Di televisi, tayangan tentang anak kurus, lesu dan sakit-sakitan karena kurang gizi selalu ada. Bahkan di jalan pun, kita sering menjumpai pemandangan serupa pada sosok gelandangan cilik dan anak jalanan. Ceritakan pada si kecil, bahwa ia pun bisa mengalami hal serupa - kurus, lesu, sakit perut, dsb. - jika kurang makan. Jelaskan pula bahwa di sekitarnya banyak anak yang tak seberuntung dirinya yang mendapatkan cukup makan. Lalu, ajaklah ia menyantap makanannya sebagai tanda syukur bisa makan dengan cukup.

Ganti suasana
Sesekali, si kecil butuh kejutan juga. Kalau biasanya makan pakai piring bayi yang gambar dan warnanya lembut, kali ini sajikan pakai mangkuk atau piring cekung yang warnanya ngejreng. Kalau tadinya minum pakai cangkir isap, sekarang ganti pakai gelas tinggi dan sedotan. Kalau biasanya main comot pakai tangan, sekarang sediakan garpu kecil warna-warni. Wow, fantastis!

Kurangi kekangan
Sabuk pengaman (safety belt) kursi tinggi, tadah liur / serbet/alas makan di dada, dsb. kadang membuat si kecil risih dan terkekang. Coba ganti kursi makannya dengan yang tak terlalu formil pengamannya. Supaya alas dada bisa ditanggalkan, sesekali pakaikan si kecil baju yang 'boleh kotor' atau mudah dicuci.

Pakai siasat cerdik
Mungkin ada makanan tertentu yang tak disukai anak lantaran bentuk utuhnya. Buah, sayur, kacang-kacangan, misalnya. Kita bisa mengakali agar makanan tersebut kelihatan 'asyik'. Buah bisa dijus, lalu minumnya pakai gelas tinggi transparan dan sedotan (seperti di restoran, ya, Nak!). Sayuran diiris halus dan dicampurkan dalam mi goreng. Kacang-kacangan dibuat es sari kacang, dsb.

Beri minum seperlunya
Terlalu banyak minum, apakah itu di antara waktu makan atau di waktu makan, akan mengurangi ruang yang seharusnya diperuntukkan untuk makanan. Ada tuntunan bijak, sepertiga lambung untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara. Hindari menjadikan air minum sebagai 'penggelontor' makanan yang disuapkan ke mulut si kecil.

Kembangkan makanan kesenangan anak
Si kecil senang makan makanan yang itu-itu saja? Jangan dilarang, tapi cobalah kembangkan makanan kesukaan itu menjadi lebih kaya variasi. Misalnya, si kecil hanya mau makan mi. Maka sajikanlah aneka mi: mi pasta Italia, mi soba Jepang, mi telor, mi bihun, mi soun, dsb. Campurkan aneka makanan ke dalam olahan mi: ayam, ikan, bakso, jamur, wortel, sawi, buncis, bayam, brokoli, dsb. Atau olahlah mi jadi skotel, misoa, arem-arem, dsb.

26. Jangan bosan menawarkan

Anak kecil selalu perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru. Jika ia menolak makanan baru satu kali, jangan menganggap ia akan menolak selamanya. Kadang, dibutuhkan penolakan berkali-kali dan icip-icip sejumput berkali-kali, sebelum akhirnya anak yakin, "Mmm... ternyata rasanya enak juga, yah!"

Jadikan makan kegiatan yang menyenangkan!
Bentuklah makanan menjadi bentuk-bentuk yang menarik (hewan, bunga, batang-batang, dsb). Usahakan semua bentuk itu dalam ukuran kecil, agar nantinya mudah dipegang dan dimakan. Hiasilah piring si kecil dengan kumpulan makanan yang bentuknya menarik, membentuk pohon, wajah, rumah, dsb. Misalnya, parutan wortel jadi rambut badut, irisan tomat untuk hidungnya, irisan putih telur dan kismis untuk matanya, dsb. Cara lain, buatlah sate dengan bentuk-bentuk itu. Hidangkan saus atau bahan pencelup (sebaiknya buatan sendiri, sehingga bebas pengawet dan tak terlalu asin). Biasanya, anak-anak senang mencelup dan menjilati hasil celupannya. Ajak si kecil terlibat dalam semua kegiatan di atas, lalu beri nama hasil karya bersama tersebut. 'Badut kecebur' barangkali cukup aneh dan lucu untuk menggugah selera si kecil!

Beri tambahan vitamin
Apa boleh buat. Jika segala cara sudah kita lakukan, tapi makanan bergizi yang masuk ke mulut si kecil tampaknya masih belum mencukupi (berat badannya tak naik, atau di bawah standar minimal), kita bisa memberi tambahan vitamin dan mineral setiap hari, sambil terus berupaya mencoba cara-cara di atas, lagi, lagi dan lagi.

Sabar dan tenang
Bisa jadi, si kecil tak berselera makan karena selalu diburu-buru atau dipaksa-paksa untuk makan. Bersabar dan tenanglah. Siapa tahu, selera makan si kecil lebih cepat muncul karenanya. Lagi pula, anak yang paling rewel sekalipun dalam soal makan, kelak akan sembuh dengan sendirinya (tentu saja, harus ada tindakan khusus -- pergi ke dokter -- jika berat badannya tidak naik-naik, di bawah standar, atau si kecil tampak tidak sehat).

Pijat
Penelitian menunjukkan, bayi yang dipijat akan mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10). Ini menyebabkan peningkatan kadar enzim-enzim penyerapan yaitu gastrin dan insulin, sehingga penyerapan makanan jadi lebih baik. Dengan sendirinya, penyerapan makanan yang lebih baik ini akan membuat bayi cepat lapar. Nah, efek positif ini tentu tak hanya untuk bayi. Anak susah makan yang dipijat pun bisa juga memperolehnya.

Periksakan ke dokter

Dokter akan memeriksa apakah ada gangguan pada alat pencernaan yang menyebabkan si kecil menolak makan. Sebab, jangankan gangguan pada pencernaan bagian dalam yang sifatnya serius, gangguan ringan macam sariawan mulut saja sudah membuat anak tersiksa setiap kali mulutnya kemasukan makanan, lho!

Berikan jamu/obat tradisional
Selain air rebusan brotowali yang rasanya teramat pahit itu, pasti masih ada bahan-bahan alami yang fungsinya meningkatkan atau merangsang nafsu makan. Ramuan minyak ikan (bisa dibeli jadi), misalnya, diakui banyak orang menambah nafsu makan. Ada juga anak yang cocok dengan ramuan telur (direbus jangan terlalu matang) dikocok dengan madu, atau sesendok yogurt tiap hari. Cobalah gali 'resep-resep leluhur' semacam ini dari orang-orang tua. Bukankah, harus diakui, mereka telah lebih dulu menghadapi dan mengatasi masalah anak susah makan?

Ayo berolahraga!
Bergerak badan, terutama renang, sangat menguras energi tubuh. Selain karena harus melakukan banyak gerakan, dinginnya air pun menyedot banyak panas tubuh. Coba perhatikan anak yang baru keluar dari kolam renang. Dengan tubuh menggigil, mereka biasanya bakal melahap apa saja yang disodorkan. Berenang secara teratur, tampaknya baik untuk anak yang 'jarang lapar'. Tentu saja, olahraga lain seperti bersepeda, lari pagi, jalan kaki, main bola, dsb. juga baik untuk melaparkan perut.

Piknik, yuk, piknik...
Piknik biasanya memang efektif untuk menumbuhkan selera makan. Apalagi kalau pikniknya di ruang terbuka berudara sejuk dan pemandangannya indah. Hidangannya pun disiapkan betul-betul untuk piknik anak-anak: sate sosis telur puyuh, nasi goreng seafood, sandwich tuna, mi goreng sayuran, pastel sayuran, arem-arem.... Tapi jangan khawatir kalau tak ada waktu bepergian jauh-jauh. Piknik di halaman rumah, di taman lingkungan yang bersih, di tempat wisata terdekat, juga bisa, kok. Bahkan, piknik di dalam rumah (gelar tikar/alas kotak-kotak merah di lantai) pun bisa! Yang penting, konsepnya piknik!

Makan bareng tetangga
Suatu sore, coba undang sesekali anak-anak tetangga satu deret jalan ke rumah. Lalu siapkan makanan sederhana, tapi disajikan penuh selera. Mudah-mudahan, melihat temannya makan dengan lahap, si kecil yang tadinya ogah-ogahan makan pun terpengaruh. Bukankah di acara 'kumpul bocah' macam ini - pesta ulang tahun, misalnya - tiap suguhan yang keluar langsung diserbu?

Meniru si Popeye
Anak sekarang, mungkin jarang yang kenal Popeye The Sailorman, pelaut yang jadi kuat tak terkalahkan kalau habis makan bayam. Mungkin, kita bisa mencarikan tokoh-tokoh idola yang perilaku makannya baik (tentu saja, tabiatnya juga harus baik, bukan tokoh yang kejam) untuk diimitasi si kecil pada saat-saat tertentu. Misalnya, meniru Winnie the Pooh makan madu, meniru Mio si kucing yang senang makan ikan, mencontoh RuRu yang senang makan buah dan sayur, dsb.

Camilan bergizi
Kalau anak sama sekali tak mau makan besar, dan maunya hanya ngemil, apa boleh buat. Ubah saja bentuk penyajian makanan utama yang konvensional itu menjadi camilan bergizi. Pertama, porsinya harus kecil-kecil, sekali-dua kali gigit habis). Kedua, kalau bisa pakai kemasan menarik (biar kesannya bukan masakan rumah, tapi beli di toko kue). Ketiga, terbuat dari bahan-bahan sarat gizi, termasuk serat). Keempat, cita rasanya lezat. Keempat, sajikan dalam suasana santai/tidak formal (harus duduk menghadapi meja makan, misalnya). b Rahmi/Dew/UN

Margaretha Purwanti
Dosen Psikologi Universitas Atmajaya, Jakarta

Jangan Terpancing Kerewelan Anak!

Orangtua sebaiknya tak usah terlampau bingung bila mempunyai anak yang rewel dalam soal makan. Ini merupakan hal yang lumrah karena pada saat ini egonya telah muncul. Selain itu, inisiatif anak untuk mencoba hal-hal yang baru (di luar makan -- Red.) mulai besar. Untuk mengatasi anak yang susah makan, ada dua cara yang bisa dilakukan orangtua.

Pertama, ada baiknya orangtua mulai mengupayakan memberi makan pada saat yang sudah ditetapkan setiap hari. Kenapa? Sebab, bila kita memberi makan anak pada saat-saat yang sama tiap hari, irama tubuh anak akan terbiasa dan menjadikannya sebagai sebuah rutinitas. Karenanya, si kecil akan merasa lapar walaupun sebenarnya ia sendiri tak ingin makan.

Perlu diketahui, keinginan untuk makan itu disebabkan perut yang sudah 'terlatih' untuk mendapatkan makanan pada waktu-waktu tertentu. Karena itu, pemberian jadwal tertentu untuk makan setiap harinya memang sebaiknya dilakukan. Pagi, siang dan malam, sebenarnya merupakan waktu perputaran energi yang dibutuhkan tubuh. Memang ada sebagian orangtua yang hanya memberi makan pada saat anak lapar, namun sebenarnya, hal ini tak disarankan.

Pemberian jadwal makan baik untuk mengajarkan anak mengikuti aturan. Ia jadi tahu, ada waktu-waktu tertentu yang harus ia tepati. Satu hal yang perlu diingat, jangan berikan makanan camilan (selingan) sepanjang waktu di antara waktu makan. Sebab, si kecil pasti akan tetap dalam keadaan lapar dan minta camilan lagi, lagi dan lagi. Akibatnya, ketika waktu makan tiba, ia sudah tidak lapar lagi atau kehilangan nafsu makan. Apalagi bila camilan itu berupa minuman dan makanan yang manis.

Usahakan pula memberi makan anak dalam posisi duduk tenang di meja makan. Coba bayangkan kalau si kecil dibiasakan makan sambil berjalan-jalan, nonton dan bermain, kelak ia tak akan terbiasa makan di meja makan dengan baik, sampai dewasa. Kalaupun si kecil masih sulit diajak makan di meja makan dengan tenang, setidaknya biasakan ia melihat orangtuanya makan di meja makan. Lama-kelamaan ia akan mengetahui, kalau makan yang benar adalah di meja makan.

Yang juga perlu diingat, usahakan suasana tetap tenang selama kita memberi si kecil makan. Dalam arti, jangan sampai kita terpancing oleh kerewelannya dan menjadi emosional. Ulah si kecil kadang memang membuat kita geregetan dan tak sabar, namun jangan biarkan perasaan ini melahirkan tindakan pemaksaan. Memaksa si kecil untuk makan hanya akan membuahkan kegagalan. Anak justru semakin tak suka makan. Ya, manusia mana yang senang dipaksa?

Bahkan, pemberian makan secara paksa juga bisa menimbulkan pertengkaran kita dengan anak, dan secara teknis ini berbahaya, lho. Si kecil bisa tersedak! Jadi, lebih baik kita duduk bersama anak, mengajaknya ngobrol pelan-pelan menceritakan hal-hal menarik tentang makanan, dsb. Intinya, buat si kecil beranggapan waktu makan adalah saat-saat yang menyenangkan. 

b Rahmi Hastari
Sumber: Tabloid Ibu & Anak

1 comments:

Unknown mengatakan...

artikelnya mantap dan bermanfaat

Posting Komentar

Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie

Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?