Adsense Indonesia

Aku Nggak Mau Dicuntik, Mama...!!!

0

"Aku Nggak Mau Dicuntik, Mama...!!!"
Mother 

Kalau kebetulan jadwal praktek saya bersamaan dengan jadwal praktek dokter spesialis anak, saya seringkali melihat kejadian yang lucu ini. Hampir semua anak yang masuk ke ruang periksa dokter, akan keluar dengan air mata berlinang-linang dan wajah semburat merah. Satu demi satu masuk, dan keluar dengan menangis.

Sejujurnya hal ini membuat saya sedikit iri. Walaupun anak-anak mereka keluar dengan keadaan menangis, tetapi orangtua tetap puas dan membayar ul. Sedangkan saya sebagai psikolog, baru dibayar dengan ikhlas kalau berhasil mengubah anak-anak itu menjadi lebih bahagia.

Hal yang biasanya paling ditakuti oleh anak-anak adalah kalau mereka mengira dirinya akan disuntik. Jika dari ruang praktek sebelah, terdengar jeritan tangis, saya dapat memastikan kalau dokter sebelah baru saja menusukkan jarum suntiknya. "Oohh..imunisasi..."

Akan tetapi rasa takut ini dapat tergeneralisasi kepada hal-hal lainnya. Misalnya melihat orang yang berbaju putih saja, anak sudah merasa takut. Masuk ke dalam klinik sudah gemetar. Atau mendengar kata 'dokter' saja sudah menciut.

Kadang-kadang hal ini kemudian diajdikan senjata oleh orangtua untuk menakut-nakuti anak agar anak mengikuti keinginan orangtua. "Ayo jangan bandel, nanti kalo bandel dimarahin sama dokter lho!" (Untungnya bukan psikolog yang dipakai untuk menakut-nakuti). Hal ini membuat "pergi ke dokter" terkait dengan hukuman dan sesuatu yang menakutkan. Nah, kalau sudah begini, orang tua juga kan yang repot. Jangankan di-imunisasi, untuk datang ke dokter saja susah.

Ada pula yang takut ke dokter, karena pernah mengalami pengalaman traumatis. Pelayanan dokter yang kurang bersahabat, memperoleh perawatan yang menimbulkan rasa sakit, atau kondisi sakit itu sendiri dapat menjadi sumber trauma pada anak.

Lalu bagaimana caranya ia tidak takut untuk pergi ke dokter ?
Apabila anak-anak Anda termasuk anak-anak yang takut pada dokter, beberapa tips berikut ini dapat Anda coba untuk menanganinya.

"Lalu bagaimana caranya ia tidak takut untuk pergi ke dokter ?"

Apabila anak-anak Anda termasuk anak-anak yang takut pada dokter, beberap tips berikut ini dapat Anda coba untuk menanganinya.

Jadilah Teladan
Anak-anak senantiasa mengacu pada orang tua. kalau Anda sendiri merasa cemas, si Kecil bisa ikut merasakannya. Rasa takut itu bisa menjalar. Secemas apapun Anda akan kondisi kesehatan anak Anda, usahakan untuk tampil dengan tenang dan yakin di hadapan anak. Sampaikan kecemasan Anda pada pasangan atau teman Anda.

Apabila Anda termasuk orang yang takut pergi ke dokter, buang jauh-jauh ketakutan itu. jika melihat jarum suntik membuat Anda bergidik, tetaplah usahakan tersenyum pada si kecil. Jadi jangan pingsan duluan ya...

Membangun Sikap Positif
"Dokter anak ini adalah dokter yang ramah, pintar dan baik hati. Temanmu Dion juga selalu ke sana. Mama juga mengetahui dokter ini dari mamanya Dion." kalimat yang sederhana seperti diatas mencerminkan sikap positif mengenai perawatan kesehatan akan lebih mudah disampaikan bila Anda mapu membuat pembicaraan tersebut terkesan ringan. Keluhan bahwa Anda kesal harus ke dokter lagi atau keluhan atas pelayanan dokter sebaiknya tidak diutarakan di depan anak. menakut-nakuti anak dengan perawatan kesehatan atau figur dokter sebaiknya juga tidak dilakukan lagi.

Dengarkan Ketakutannya
Luangkanlah waktu Anda untuk menjadi pendengar yang baik. kadangkala hanya dengan didengrkan, dipahami dan diterima, anak dapat mengatasi ketakutannya sendiri. "Jadi kamu takut pergi ke dokter karena tidak mau disuntik." Perkataan ini sudah cukup menentramkan daripada berkata, "Jangan takut dong, anak mama tidak boleh takut."

Takut adalah perasaan yang wajar dan pasti pernah dirasakan oleh manusia. melarangnya untuk merasa takut berarti mengingkari kemanusiaannya.

Ceritakanlah apa yang akan terjadi
Menceritakan pada anak apa yang akan mereka hadapi nanti, akan membuatnya merasa lebih siap dan tidak perlu merasa cemas lagi. Pada anak-anak yang lebih besar dapat diceritakan dengan lebih mendetil.

Beberapa hal yang dapat Anda ceritakan misalnya :

Nanti perawat akan membuka bajumu dan memintamu berbaring di atas kasur tipis.

Dokter akan menggunakan alat yang namanya stetoskop. Alatnya seperti kabel dengan bulatan di ujungnya. Bulatan itu akan ditempel-tempelkan di badanmu. Dokter ingin mendengarkan jantung dan paru-paru kamu. ini tidak akan sakit.

Dokter akan menyuntik kamu dengan jarum. Suntikan ini akan terasa sakit satu atau dua detik. Tahukah kamu berapa lama satu-dua detik itu? Lamanya seperti ini...satu...dua... Nah sebentar kan? Suntikkan itu untuk memasukkan obat ke dalam tubuh, supaya bisa membuat kamu sehat.
Bermain Dokter-dokteran
Mula-mula Anda berperan sebagai dokter dan si Kecil sebagai pasien. Pura-pura lakukanlah semua yang akan ia hadapi saat ia bertemu dengan dokter. Setelah itu, peran berganti. Anda menjadi pasien dan si Kecil menjadi dokter. Dengan melakukan bermain peran seperti ini, dapat membuatnya lebih siap dan menumbuhkan rasa kendali-diri.

Ajarkan Cara Mengatasi Situasi Cemas
Saat ia berbaring di depan pemeriksaan, mintalah anak untuk mencoba membayangkan sedang berada di tempat yang ia sukai. Atau ajarlah ia menyemangati diri sendiri dengan erkata dalam hati, "Saya bisa mengatasinya!", "Saya berani!". Alternatif lainnya adalah mengajarinya untuk menarik nafas dalam-dalam setiap kali ia merasa cemas. Ketiga hal ini lebih cocok dilakukan untuk anak yang berusia lima tahun ke atas. Namun tidak ada salahnya bila Anda ingin mencoba pada anak-anak Anda yang lebih kecil.

Bawalah Mainan Kesayangannya
Mainan kesayangan dapat merupakan figur sahabat bagi anak-anak. Dalam keadaan takut, kehadiran sahabat dapat mengurangi ketakutan. Anda dapat pula menggunakannya untuk mencairkan suasana, melalui berdialog dengan mainan tersebut. "Poo, coba liat tuh Thea beani ke dokter. Poo berani nggak? Nggak? Eh kalah ya sama Thea. Nah, tuh Thea nangis.."/"Thea, kata Poo kamu pasti nangis. Tuh..kamu diketawain, Eh Poo jangan ketawain Thea dong. Liat aja deh, Mama sih.. percaya kalo Thea nggak akan nangis. Ya nggak Thea?"....

Ajaklah Seorang Teman
Apabila ada temannya atau kerabat yang kebetulan sudah waktunya menerima imunisasi, Anda juga dapat mengajaknya serta. Kehadiran teman sebaya yang juga akan disuntik, menimbulkan rasa senasib, berbagi kecemasan, dan dapat menjadi pembanding. Anak biasanya tidak mau kehilangan "gengsi" di hadapan anak-anak sebayanya.

Pilihlah Klinik yang Tepat
Sikap dokter yang bersahabat, ruangan klinik yang khas anak-anak dan dokter tanpa jubah putih kebesarannya dapat membuat anak merasa lebih nyaman. Apabila memungkinkan pilihlah klinik yang dapat membuat anak merasa nyaman, misalnya...Klinik Anakku. Hehehe...maaf jadi promosi

Ike R. Sugianto, Psi
Psikolog
Klinik Anakku Green Ville
Sumber: ibujaricom

0 comments:

Posting Komentar

Bila tak pegal di tangan
silahkan tulis sebuah komentar!
Yang Bisa Membuat Blog ini Lebih Bagus Ya :)
harap maklum masih newbie

Dan jika ada yang mau memaki-maki saya harap dengan sopan dan santun?